MAKALAH
“PROSEDUR PERENCANAAN TES”
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perencanaan Tes
Tes berasal dari bahasa
latin testum yang berarti alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa kuno , kata
tes berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan antara emas dengan perak
serta logam lainya.
Sedangkan Sumadi
Surybrata, mengartikan Tes adalah : “pernyataan-pernyataan yang harus dijawab
dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan harus
bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan
perintah-perintah itu, penyelidiki mengambil kesimpulan dengan cara
membandingkan dengan standar atau testee lainya” (Sumadi Surybrata, 1984:22)[1]
Tes adalah alat yang
direncanakan untuk mengukur kemampuan, keahlian atau pengetahuan .
Setiap kegiatan belajar
harus diketahui sejauh mana proses belajar tersebut telah memberikan nilai
tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu cara untuk melihat peningkatan
kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes. Tes sebagai alat
penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan
kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan),
dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).[2]
1.
Ketentuan
Pokok dalam Perencanaan Test
Guru harus
memahami tentang pendidikan anak yang akan dites, kondisi di mana tes akan
dilaksanakan dan sebagainya. Pendek kata, hampir seluruh kepribadian guru
terlibat di dalamnya,bukan hanya diperlukan keterampilan saja. Itu sebabnya
banyak ahli yang mengatakan, bahwa mengkonstruksi tes lebih bersifat sebagai “Seni
atau Art” daripada sebagai ilmu pengetahuan atau science.
Karena itu, jika guru ingin berhasil
mengkonstruksi tes, maka dia harus membuat perencanaan tes dengan teliti. Dalam
hubungan ini ada empat ketentuan pokok yang perlu diikuti, yakni:
a.
Evaluasi
dilakukan terhadap semua hasil pengajaran yang penting
Hasil pengajaran tergambarkan dalam
tujuan instruksional yang hendak dicapai.Itu sebabnya, tujuan instruksional itu
harus dirumuskan secara jelas, spesifik, dapat diamati dan dapat diukur.Tujuan
instruksional dijabarkan berdasarkan tujuan sekolah (tujuan
instruksional).Tujuan instruksional umum yang telah digariskan dalam Garis-garis
Progam Pengajaran (GBPP) pada hakekatnya adalah tujuan pelajaran atau bidang
studi.Tujuan-tujuan ini harus dirumuskan menjadi tujuan instruksional khusus
(TIK). Berdasarkan TIK inilah kita dapat menggariskan dan menunjukkan
jeni-jenis tingkah laku yang perlu dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses
instruksional tertentu. Tercapai tidaknya tujuan-tujuan itu atau perubahan
tingkah laku yang diharapkan itu, baru dapat ketahui setelah dilakukan
serangkaian tes.Jadi perumusan tujuan yang spesifik bukan saja penting bagi
pembinaan kurikulum yang menentukan prosedur dan alat instruksional, melainkan
juga penting dalam rangka evaluasi hasil pengajaran.
b.
Tes harus
merefleksikan hal-hal yang menurut perkiraan mendapat tekanan tertentu dalam
pelajaran.
Tekanan dalam pelajaran dapat dilihat dalam proporsi yang
direncanakan dalam perencanaan tes.Jika bahan terlalu luas sedangkan waktu yang
tersedia singkat, maka perlu mengadakan sampel terhadap isi bahan. Selain dari
itu perlu ada keseimbangan antara banyaknya pertanyaan dilihat dari segi isi
pelajaran yang akan dites dan tujuan pembelajaran yang dicapai. Untuk itulah
maka sebaiknya guru atau pembuat tes terlebih dahulu melakukan analisa tugas (Job
analysis).
c.
Hakekat tes
harus merefleksikan tujuan yang hendak dicapai oleh tes itu.
Sebenarnya tujuan kita dalam hal ini
adalah untuk menentukan kedudukan tingkah laku siswa sekarang dalam hubungan
standar khusus, bukan dalam hubungan dengan siswa lain dalam kelompoknya.
Tetapi, jika tujuan kita ialah untuk membandingkan prilaku (performance)
siswa dengan lainnya dalam kelompok yang sama, dengan menggunakan ukuran
relative, maka kita harus menyediakan item-item yang akan mendistribusikan skor
dari tingkat yang tinggi ke tingkat yang rendah.
Tes
itu akan valid jika secara nyata mengukur apa yang direncanakan untuk diukur.
penggunaan ukuran relative adalah salah satu cara yang terbaik untuk
memperbaiki releabilitas tes, karena itu item-item hendaknya menimbulkan
rentang skor yang luas.
d. Hakekat
tes harus merefleksikan kondisi-kondisi administrasi di mana tes akan
diadministrasikan.Pertama, kita harus memutuskan beberapa kali tes akan
dilakukan. Kalau kita berpijak pada system instruksional, maka jelas bahwa
penilaian terhadap perilaku siswa harus dilakukan sepanjang proses
instruksional sampai dengan akhir pelajaran. Kedua,
kita harus memutuskan berapa banyak item yang akan diperlukan sesuai dengan
waktu yang tersedia, banyaknya tujuan yang harus dicapai, dan banyaknya bahan
pelajaran.Ketiga, kita harus memutuskan bentuk format tes yang akan digunakan.
Apakah akan menggunakan tes essay atau tes objektif,apakah kita menggunakan
bentuk item B-S, pilihan berganda, menjodohkan dan sebagainya.[3]
2. Perencanaan dalam
Menyusun Tes (Langkah-langkah dalam menyusun tes)
Tes untuk mengukur hasil belajar siswa,
memiliki prinsip-prinsip serta langkah-langkah perencanaan tersendiri. Dalam
merencanakan penyusunan achievement test
diperlukan adanya langkah-langkah yang harus diikuti secara sistematis sehingga
dapat diperoleh tes yang lebih efektif. Dengan adanya hal
ini, diharapkan suatu tes benar-benar dapat menjadi instrumen yang dapat
mengukur apa yang sebenarnya harus diukur .Para ahli penyusun tes maupun
para pengajar (classroom teacher) umumnya telah menyepakati langkah-langkah
sebagai berikut:
1.
Menentukan
atau merumuskan tujuan tes.
2.
Mengidentifikasi
hasil-hasil belajar (learning outcomes) yang akan diukur dengan tes itu.
3.
Menentukan
atau menandai hasil-hasil belajar yang spesifik
4.
Merinci
mata pelajaran atau bahan pelajaran yang akan diukur dengan tes itu.
5.
Menyiapkan
tabel spesifikasi (semacam blueprint).
6.
Menggunakan
tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes.
Untuk
merumuskan tujutn penyusunan tes dengan baik,seorang guru atau pengajar perlu
memikirkan apa tipe dan fungsi tes yang akan disusunya sehingga selanjutnya ia
dapat menentukan bagaimana karakteristik soal-soal yang akan dibuatnya. [4]
2.
Prinsip-prinsip Dasar Tes Hasil Belajar
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan di dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut benar-benar dapat mengukur tujuan pembelajaran. Ada pun prinsip-prinsip tersebut yaitu:.
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan di dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut benar-benar dapat mengukur tujuan pembelajaran. Ada pun prinsip-prinsip tersebut yaitu:.
1.
Tes
tersebut dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes)
yang telah ditetapkan sesuai denga tujuan instruksional.kejelasan mengenai
pengukuran hasil belajar yang dikehendaki akan memudahkan bagi guru dalam
menyusun butir-butir soal tes.
2.
Mengukur
sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah
diajarkan.
3.
Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang
benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesui dengan
tujuan.
4.
Di desain sesuai dengan kegunaannya untuk
memperoleh hasil yang diinginkan
5.
Dibuat
seandal (reliable) mungkin sehingga mudah dinterpretasikan dengan baik
6.
Digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa
dan cara mengajar guru.[5]
B. Prosedur Pengembangan Tes
B. Prosedur Pengembangan Tes
Sebelum
menentukan teknik dan alat penilaian, penulis soal perlu menetapkan terlebih
dahulu tujuan penilaian dan kompetensi dasar yang hendak diukur.
Langkah-langkah penting yang dapat
dilakukan sebagai berikut:
1.
Menentukan
tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap tujuan memiliki
penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk tujuan tes prestasi belajar,
diagnostik, atau seleksi. Contoh untuk tujuan prestasi belajar, lingkup
materi/kompetensi yang ditanyakan/diukur disesuaikan seperti untuk
kuis/menanyakan materi yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian,
tugas individu/kelompok, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas, laporan
kerja praktik/laporan praktikum, ujian praktik.
2.
Memperhatikan
standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Standar kompetensi merupakan
acuan/target utama yang harus dipenuhi atau yang harus diukur melalui setiap
kompetensi dasar yang ada atau melalui gabungan kompetensi dasar.
3.
Menentukan jenis
alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan keduanya. Untuk
penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai pendukung kompetensi
dasar. Syaratnya adalah materi yang diujikan harus mempertimbangkan urgensi
(wajib dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan materi lanjutan),
relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan keterpakaian dalam
kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK). Langkah selanjutnya adalah menentukan
jenis tes dengan menanyakan apakah materi tersebut tepat diujikan secara
tertulis/lisan. Bila jawabannya tepat, maka materi yang bersangkutan tepat
diujikan dengan bentuk soal apa, pilihan ganda atau uraian. Bila jawabannya
tidak tepat, maka jenis tes yang tepat adalah tes perbuatan: kinerja (performance),
penugasan (project), hasil karya (product), atau lainnya.
4.
Menyusun
kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya. Dalam
menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal.[6]
Pengembangan Spesifikasi Tes
Spesifikasi Tes adalah suatu uraian
yang menunjukan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh
tes yang akan dikembangkan.
Pengembangan spesifikasi merupakan
langkah awal yang menentukan dalam pengembangan perangkat tes, karena apa yang
menentukan pada langkah-langkah berikutnya sudah dirancangkan dalam spesifikasi
tes.
Hal-hal penting yang dibicarakan dalam
pengembangan spesifikasi tes tersebut adalah:
1.
Menentukan
tujuan,Untuk menentukan dan merumuskan tujuan evaluasi
dengan jelas, diperlukan kepasyian mengenai daerah medan psikologi peserta
didik yang akan diukur,karakteristik peserta didik yang akan diukur, dan
kedudukan tujuan tersebut dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan yang lebih
tinggi.
2.
Menyusun
kisi-kisi soal, tujuan penyusunan kisi-kisi adalah
merumuskan setepat mungkin ruang lingkup,tekanan,dan bagian-bagian tes sehingga
perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi si penyusun tes.
3.
Memilih
tipe-tipe soal, ada bebrapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih soal,yakni:
a)
Kesesuaian antar
tipe soal dengan materi pelajaran
b)
Kesesuaian antar
tipe soal dengan tujuan evaluasi
c)
Kesesuaian antar
tipa soal dengan skoring
d)
Kesesuaian antar
tipa soal pengolahan hasil evaluasi
e)
Kesesuaian antar
tipa soal dengan sdministrasi tes yaitu penyelenggaraan dan pelaksanaan tes,dan
f)
Kesesuaian antar
tipa soal dengan dana dan kepraktisan.
4.
Merencanakan
taraf kesikaran soal, Suatu hal yang diperhitungkan oleh
perancang tes,adalah mempertimbangkan taraf kesukaran soal. Secara umum taraf
kesukaran soal dapat diketahui secara empirik dari presentase yang gagal dalam
menjawab soal,secara rinci akan dijelaskan pada analisis item
Kesukaran
soal demikian itu hanya dapat diketahui
bila mana soal tersebut telah diujikan. Namun pada bentuk soal tertentu seperti
bentuk uraian; pemberian tugas karya tulis, sudah dapat diperhitungkan tingkat
kesukaranya,yakni berdasarkan berat-ringanya beban penyelesaian soal tersebut.
Oleh karena itu bagi pendidik dalam merencanakan suatu tes,sebaiknya
butir-butir soal diujicobakan terlebih dahulu,hasil ujicoba dpat dipakai untuk
mengetahui tingkat kesukaran soalnya.
5.
Merencanakn
banyak sedikitnya soal, ada beberapa yang harus
diperhatikan dalam merencanakan banyak sedikitnya soal,yalni:
a)
Hubungan banyak
sedikitnya soal dengan reliabilitas tes,
b)
Hubungan banyak
sedikitnya soal dengan bobot keseluruhan bagian
c)
Hubungan banyak
sedikitnya soal dengan waktu tes,dan
d)
Hubungan banyak
sedikitnya soal dengan ujicoba suatu tes
(Sumadi
Srybrata , 1987:18-21)
6.
Merencanakan
jadwal penerbitan soal, Dalam mempersiapkan suatu tes,
perlu diperhatikan wajtu untuk menggandakan soal, apalagi jika lembaga
pendidikan belum memiliki tenaga profesional untuk keperluan ini yang mampu
bekerja secara optimal dalam waktu singkat dapat menggandakan sdoal dalam
jumlah yang besar. Disamping faktor penggandaan menjadi pertimbangan utama bagi
perencanaan tes, perku juga dipoertimbangkkan tingkat kerumitan soal,sebab soal yang rumit memerlukan keahlian khusus
untuk menyelesaikanya serta memaka waktu lebih lama.[7]
C. Penulisan Soal
Secara
umum, kemampuan khusus yang harus dimiliki bagi penulis soal adalah:
1.
Penguasaan
pengetahuan yang diteskan
2.
Kesadaran akan
tata nilai yang mendasari pendidikan
3.
Pemahaman akan
karakteristik individu yang dites
4.
Kemampuan
membahas gagasan
5.
Penguasaan akan
teknik penulisan soal, dan
6.
Kesadaran akan
kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal (Sumadi Surybrata, 1987:28)
Fungsi tes tidak
semata-mata sebagai alat ukur saja, melainkan memiliki fungsi motivatif dan
pembentukan sikap bagi peserta didik. Oleh karena itu penulisan soal
hendaknya memahami nilai-nilai yang
mendasari pendidikan, seperti tujuan pendidikan, filsafat pendidikan , sistem
pendidikan, psikologi,garis-garis besarnya saja.
Dalam
menulis soal diperlukan kemampuan untuk membahas gagasan dalam bahasa verbal
yang jelas dan mudah difahami maksudnya, sebab soal merupakan wakil dari
pendidik yang hadir dihadapan peserta didik’oleh karena itu penulisan soal
membutuhkan bahas yang lugas dan tidak berbelit-belit.[8]
Pengembangan
Instrumen Evaluasi Jenis Non-Tes
A.
Observasi
Observasi
adalah proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis,logis,objektif dan
rasional menganai berbagai fenomena , baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Tujuan
observasi adalah :
1)
Untuk
mengumpulkan data dan informasi mengenai satu fenomena baik yang berupa
peristiwa maupun tindakan , baik dalam situasi sesungguhnya maupun dalam
situasi buatan.
2)
Untuk mengukur
perilaku kelas (baik perilaku guru maupun perilaku peserta didik), interaksi
peserta didik dan guru,dan faktor-faktor yang dapat diamati lainya, terutama
kecakapan sosial.
Kelebihan
observasi :
1)
Observasi
merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena,
2)
Observasi cocok
untuk mengamati perilaku-perilaku peserta didik maupun guru yang sedang
melakukan kegiatan.
3)
Banyak hal yang
tidak dapat diukur dengan tes , tetapi justru lebih tepat dengan observasi
4)
Tidak terikat
dengan laporan pribadi.
B.
Wawancara
(Interview)
Wawancara
merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui
percakapan dan tanya jawab,baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta
didik.
Tujuan
Wawancara adalah :
1)
Untu memperoleh
informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi
tertentu.
2)
Untuk melengkapi
suatu penyelidikan ilmiah
3)
Untuk memperoleh
data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
Kelebihan
Wawancara :
1)
Dapat
berkomunikasi secar langsung kepada peserta didik sehingga informasi yang
diperoleh dapat diketahui objektifitasnya.
2)
Dapat
memperbaiki proses hasil belajar
3)
Pelaksanaan
wawancara dinamis dan fleksibel.
C.
Daftar
Cek (Check list)
Daftar
Cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati.
Daftar cek dapat memungkinkan guru sebagai penilai mencatat tiap kejadian yang
betapapun kecilnya, tetapi dianggap penting. Ada beberapa macam-macam aspek
perbuatan yang biasanya dicatumkan pada daftar cek kemadian tinggal memberi
tanda centang pada setiap aspek-aspek tersebut sesuai hasil penilaianya.
Kelebihan
Daftar Cek :
1)
Membantu guru
mengingat-ingat apa yang harus diamati
2)
Dapat memberi
informasi kepada stakeholder.
Contoh
Daftar Cek :
1)
Daftar Cek
tentang keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok pada mata pelajaran
Pendidiksn Kewarganegaraan.
No
|
Nama
|
SB
|
B
|
C
|
K
|
SK
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Nano Waryono
Elin Roslina
Arie Apriadi
Angga Zalindra
Ardi Maulana
|
|
|
|
|
|
D.
Angket
(Quetioner)
Angket
termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi,pendapat dan
paham dalam hubungan kausal. Angket hampir sama dengan wawancara,kalau angket
dilaksanakan dengan tertulis kalau wawancara dilakukan dengan lisan.
Kelebiahan
Angket :
1)
Responden dapat
menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi dengan peneliti atau pun penilai
2)
Informasi atau
data terkumpul lebih mudah karena itemnya homogen
3)
Dapat digunakan
untuk mengumpulkan data dari jumlah responden yang besar.
Cara menyusun kuesioner adalah sebagai berikut
a.
Mulai dengan
pengantar yang isinya permohonan mengisi kuesioner sambil dijelaskan maksud dan tujuannya.
b.
Jelaskan
petunjuk atau cara mengisinya supaya tidak salah. Kalau perlu,diberi contoh.
c.
Mulai dengan
pertanyaan untuk mengungkapkan identitas responden . dalam identitas ini
sebaiknya tidak di minta mengisi nama .
d.
Isi pertanyaan sebaiknya dibuat beberapa kategori atau
bagian sesuai dengan fariabel yang diungkapkan sehingga mudah mengelolanya.
e.
Rumusan pertanyaan dibuat singkat,tetapi jelas sehingga
tidak membingungkan dan salah mengakibatkan penafsiran.
f.
Hubungan antara pertanyaan yang satu dengan pertanyaan
yang lain harus dijaga sehingga tampak logikanya dalam satu rangkaiyan yang
sistematis.hindari penggolongan pertanyaan terhadap indicator atau persoalan
yang sama.
g.
Usahakan kemungkinan agar jawaban kalimat atau
rumusannya tidak boleh panjang dari pada
pertanyaannya.
h.
Kuensioner yang
terlalu panjang akan melelahkan dan membosankan responden sehingga pengisiannya
tidak objektif lagi.
i.
Ada baiknya
kuesioner diakhiri dengan tanda tangan pengisi untuk menjamin keabsahan
jawabannya.
E.
Skala
Penilaian (Rating Scale)
Daftar
dalam cek penilai hanya dapat mencatat ada tidaknya variabel tingkah laku
tertentu ,sedangkan dalam skala penilaian fenomena yang akan dinilai itu
disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan.
Contoh
:
Nama : Kelas :
Umur : Sekolah :
Hari : Tanggal :
No
|
Tanggal
Aspek yang
Dinilai
|
ST
|
T
|
S
|
R
|
SR
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Sopan Santun
Racun Dunia
Bersikap Ramah
Pemberani
Pemarah
Egois
Agresif
|
|
|
|
|
|
Jadi
dalam Skala Penilaian tidak hanya mengukur secara mutlak ada atau tidaknya
variabel tertentu, tetapi lebih jauh mengukur bagaimana intensitas gejala yang
ingin diukur.[9]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN:
a. Ketentuan Pokok dalam Perencanaan Test
1.
Evaluasi
dilakukan terhadap semua hasil pengajaran yang penting
2.
Tes harus
merefleksikan hal-hal yang menurut perkiraan mendapat tekanan tertentu dalam
pelajaran.
3.
Hakekat tes
harus merefleksikan tujuan yang hendak dicapai oleh tes itu.
4.
Hakekat tes
harus merefleksikan kondisi-kondisi administrasi di mana tes akan
diadministrasikan
b.
Prinsip-prinsip
Dasar Tes Hasil Belajar:
1.
Tes
tersebut dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes)
yang telah ditetapkan sesuai denga tujuan instruksional.kejelasan mengenai
pengukuran hasil belajar yang dikehendaki akan memudahkan bagi guru dalam
menyusun butir-butir soal tes.
2.
Mengukur
sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah
diajarkan.
3.
Mencakup
bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar
yang diinginkan sesui dengan tujuan.
4.
Di desain sesuai dengan kegunaannya untuk
memperoleh hasil yang diinginkan
5.
Dibuat
seandal (reliable) mungkin sehingga mudah dinterpretasikan dengan baik
6.
Digunakan
untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru.
c.
Penulisan
Soal
Secara
umum, kemampuan khusus yang harus dimiliki bagi penulis soal adalah:
1.
Penguasaan
pengetahuan yang diteskan
Kesadaran
akan tata nilai yang mendasari pendidikan
2.
Pemahaman akan
karakteristik individu yang dites
3.
Kemampuan
membahas gagasan
4.
Penguasaan akan
teknik penulisan soal, dan
5.
Kesadaran akan
kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal
DAFTAR PUSTAKA
Thoha,Chabib,Teknik Evaluasi Pendidikan,2003,Jakarta
: PT.Raja Grfindo Persada
Oemar,Hamalik, Teknik Pengukuran dan
Evaluasi Pendidikan, 1989, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Purwanto,Ngalim,Prinsip-prinsip dan tekhnik pengajaran,2004,Bandung:PT Remaja Resda
Karya,hlm 30
Sudijono,Anas,Pengantar Evaluasi Pendidikan,2003,Jakarta:PT.Raja
Grafindo Persada
Arifin,
Zainal.Evaluasi Pembelajaran.2009.Bandung:PT
Remaja Rosdakarya
[1]
M.Chabib Thoha,Teknik Evaluasi Pendidikan,2003,Jakarta:PT.Raja Grfindo
Persada,Hlm 43
[2]
Ibid hlm 21
[3]Oemar Hamalik, Teknik
Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan, 1989 Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
hlm. 21-30
[4]
Ngalim Purwanto,Prinsip-prinsip dan
tekhnik pengajaran,2004,Bandung:PT Remaja Resda Karya,hlm 30
[5]
Anas Sudijono,Pengantar Evaluasi
Pendidikan,2003,Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,Hlm 97.
[6]
Ibid,hlm 98
[7]
M.Chabib Thoha,Teknik Evaluasi Pendidikan,2003,Jakarta:PT.Raja Grfindo
Persada,Hlm 22-38
[8]
Ibid hlm 39
[9] Zainal Arifin..Evaluasi Pembelajaran.2009.Bandung.PT Reaja Rosdakarya.Hlm 152-166
0 komentar:
Posting Komentar