Pages

Selasa, 22 April 2014

PROSEDUR PERENCANAAN TES

MAKALAH
“PROSEDUR PERENCANAAN TES”

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Perencanaan Tes
Tes berasal dari bahasa latin testum yang berarti alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa kuno , kata tes berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan antara emas dengan perak serta logam lainya.
Sedangkan Sumadi Surybrata, mengartikan Tes adalah : “pernyataan-pernyataan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan harus bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan perintah-perintah itu, penyelidiki mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan dengan standar atau testee lainya” (Sumadi Surybrata, 1984:22)[1]

Tes adalah alat yang direncanakan untuk mengukur kemampuan, keahlian atau pengetahuan .
Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauh mana proses belajar tersebut telah memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu cara untuk melihat peningkatan kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).[2]

1.      Ketentuan Pokok dalam Perencanaan Test
            Guru harus memahami tentang pendidikan anak yang akan dites, kondisi di mana tes akan dilaksanakan dan sebagainya. Pendek kata, hampir seluruh kepribadian guru terlibat di dalamnya,bukan hanya diperlukan keterampilan saja. Itu sebabnya banyak ahli yang mengatakan, bahwa mengkonstruksi tes lebih bersifat sebagai “Seni atau Art” daripada sebagai ilmu pengetahuan atau science.
Karena itu, jika guru ingin berhasil mengkonstruksi tes, maka dia harus membuat perencanaan tes dengan teliti. Dalam hubungan ini ada empat ketentuan pokok yang perlu diikuti, yakni:
a.       Evaluasi dilakukan terhadap semua hasil pengajaran yang penting
            Hasil pengajaran tergambarkan dalam tujuan instruksional yang hendak dicapai.Itu sebabnya, tujuan instruksional itu harus dirumuskan secara jelas, spesifik, dapat diamati dan dapat diukur.Tujuan instruksional dijabarkan berdasarkan tujuan sekolah (tujuan instruksional).Tujuan instruksional umum yang telah digariskan dalam Garis-garis Progam Pengajaran (GBPP) pada hakekatnya adalah tujuan pelajaran atau bidang studi.Tujuan-tujuan ini harus dirumuskan menjadi tujuan instruksional khusus (TIK). Berdasarkan TIK inilah kita dapat menggariskan dan menunjukkan jeni-jenis tingkah laku yang perlu dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses instruksional tertentu. Tercapai tidaknya tujuan-tujuan itu atau perubahan tingkah laku yang diharapkan itu, baru dapat ketahui setelah dilakukan serangkaian tes.Jadi perumusan tujuan yang spesifik bukan saja penting bagi pembinaan kurikulum yang menentukan prosedur dan alat instruksional, melainkan juga penting dalam rangka evaluasi hasil pengajaran.
b.      Tes harus merefleksikan hal-hal yang menurut perkiraan mendapat tekanan tertentu dalam pelajaran.
   Tekanan dalam pelajaran dapat dilihat dalam proporsi yang direncanakan dalam perencanaan tes.Jika bahan terlalu luas sedangkan waktu yang tersedia singkat, maka perlu mengadakan sampel terhadap isi bahan. Selain dari itu perlu ada keseimbangan antara banyaknya pertanyaan dilihat dari segi isi pelajaran yang akan dites dan tujuan pembelajaran yang dicapai. Untuk itulah maka sebaiknya guru atau pembuat tes terlebih dahulu melakukan analisa tugas (Job analysis).
c.       Hakekat tes harus merefleksikan tujuan yang hendak dicapai oleh tes itu.
          Sebenarnya tujuan kita dalam hal ini adalah untuk menentukan kedudukan tingkah laku siswa sekarang dalam hubungan standar khusus, bukan dalam hubungan dengan siswa lain dalam kelompoknya. Tetapi, jika tujuan kita ialah untuk membandingkan prilaku (performance) siswa dengan lainnya dalam kelompok yang sama, dengan menggunakan ukuran relative, maka kita harus menyediakan item-item yang akan mendistribusikan skor dari tingkat yang tinggi ke tingkat yang rendah.
Tes itu akan valid jika secara nyata mengukur apa yang direncanakan untuk diukur. penggunaan ukuran relative adalah salah satu cara yang terbaik untuk memperbaiki releabilitas tes, karena itu item-item hendaknya menimbulkan rentang skor yang luas.

d.      Hakekat tes harus merefleksikan kondisi-kondisi administrasi di mana tes akan diadministrasikan.Pertama, kita harus memutuskan beberapa kali tes akan dilakukan. Kalau kita berpijak pada system instruksional, maka jelas bahwa penilaian terhadap perilaku siswa harus dilakukan sepanjang proses instruksional sampai dengan akhir pelajaran.         Kedua, kita harus memutuskan berapa banyak item yang akan diperlukan sesuai dengan waktu yang tersedia, banyaknya tujuan yang harus dicapai, dan banyaknya bahan pelajaran.Ketiga, kita harus memutuskan bentuk format tes yang akan digunakan. Apakah akan menggunakan tes essay atau tes objektif,apakah kita menggunakan bentuk item B-S, pilihan berganda, menjodohkan dan sebagainya.[3]

2.      Perencanaan dalam Menyusun Tes (Langkah-langkah dalam menyusun tes)
Tes untuk mengukur hasil belajar siswa, memiliki prinsip-prinsip serta langkah-langkah perencanaan  tersendiri. Dalam merencanakan penyusunan achievement test diperlukan adanya langkah-langkah yang harus diikuti secara sistematis sehingga dapat diperoleh tes yang lebih efektif. Dengan adanya hal ini, diharapkan suatu tes benar-benar dapat menjadi instrumen yang dapat mengukur apa yang sebenarnya harus diukur .Para ahli penyusun tes maupun para pengajar (classroom teacher) umumnya telah menyepakati langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Menentukan atau merumuskan tujuan tes.
2.      Mengidentifikasi hasil-hasil belajar (learning outcomes) yang akan diukur dengan tes itu.
3.      Menentukan atau menandai hasil-hasil belajar yang spesifik
4.      Merinci mata pelajaran atau bahan pelajaran yang akan diukur dengan tes itu.
5.      Menyiapkan tabel spesifikasi (semacam blueprint).
6.      Menggunakan tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes.
Untuk merumuskan tujutn penyusunan tes dengan baik,seorang guru atau pengajar perlu memikirkan apa tipe dan fungsi tes yang akan disusunya sehingga selanjutnya ia dapat menentukan bagaimana karakteristik soal-soal yang akan dibuatnya. [4]
2.      Prinsip-prinsip Dasar Tes Hasil Belajar
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan di dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut benar-benar dapat mengukur  tujuan pembelajaran. Ada pun prinsip-prinsip tersebut yaitu:.
1.      Tes tersebut dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah ditetapkan sesuai denga tujuan instruksional.kejelasan mengenai pengukuran hasil belajar yang dikehendaki akan memudahkan bagi guru dalam menyusun butir-butir soal tes.
2.      Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan.
3.       Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesui dengan tujuan.
4.       Di desain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan
5.      Dibuat seandal (reliable) mungkin sehingga mudah dinterpretasikan dengan baik
6.       Digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru.[5]

B.  Prosedur Pengembangan Tes
Sebelum menentukan teknik dan alat penilaian, penulis soal perlu menetapkan terlebih dahulu tujuan penilaian dan kompetensi dasar yang hendak diukur.
Langkah-langkah penting yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1.      Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk tujuan tes prestasi belajar, diagnostik, atau seleksi. Contoh untuk tujuan prestasi belajar, lingkup materi/kompetensi yang ditanyakan/diukur disesuaikan seperti untuk kuis/menanyakan materi yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas individu/kelompok, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas, laporan kerja praktik/laporan praktikum, ujian praktik.
2.      Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Standar kompetensi merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi atau yang harus diukur melalui setiap kompetensi dasar yang ada atau melalui gabungan kompetensi dasar.
3.      Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan keduanya. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diujikan harus mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan materi lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK). Langkah selanjutnya adalah menentukan jenis tes dengan menanyakan apakah materi tersebut tepat diujikan secara tertulis/lisan. Bila jawabannya tepat, maka materi yang bersangkutan tepat diujikan dengan bentuk soal apa, pilihan ganda atau uraian. Bila jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang tepat adalah tes perbuatan: kinerja (performance), penugasan (project), hasil karya (product), atau lainnya.
4.      Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya. Dalam menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal.[6]
Pengembangan Spesifikasi Tes
Spesifikasi Tes adalah suatu uraian yang menunjukan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan.
Pengembangan spesifikasi merupakan langkah awal yang menentukan dalam pengembangan perangkat tes, karena apa yang menentukan pada langkah-langkah berikutnya sudah dirancangkan dalam spesifikasi tes.
            Hal-hal penting yang dibicarakan dalam pengembangan spesifikasi tes tersebut adalah:
1.      Menentukan tujuan,Untuk menentukan dan merumuskan tujuan evaluasi dengan jelas, diperlukan kepasyian mengenai daerah medan psikologi peserta didik yang akan diukur,karakteristik peserta didik yang akan diukur, dan kedudukan tujuan tersebut dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan yang lebih tinggi.
2.      Menyusun kisi-kisi soal, tujuan penyusunan kisi-kisi adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup,tekanan,dan bagian-bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi si penyusun tes.
3.      Memilih tipe-tipe soal, ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih soal,yakni:
a)      Kesesuaian antar tipe soal dengan materi pelajaran
b)      Kesesuaian antar tipe soal dengan tujuan evaluasi
c)      Kesesuaian antar tipa soal dengan skoring
d)     Kesesuaian antar tipa soal pengolahan hasil evaluasi
e)      Kesesuaian antar tipa soal dengan sdministrasi tes yaitu penyelenggaraan dan pelaksanaan tes,dan
f)       Kesesuaian antar tipa soal dengan dana dan kepraktisan.
4.      Merencanakan taraf kesikaran soal, Suatu hal yang diperhitungkan oleh perancang tes,adalah mempertimbangkan taraf kesukaran soal. Secara umum taraf kesukaran soal dapat diketahui secara empirik dari presentase yang gagal dalam menjawab soal,secara rinci akan dijelaskan pada analisis item
Kesukaran soal demikian itu hanya  dapat diketahui bila mana soal tersebut telah diujikan. Namun pada bentuk soal tertentu seperti bentuk uraian; pemberian tugas karya tulis, sudah dapat diperhitungkan tingkat kesukaranya,yakni berdasarkan berat-ringanya beban penyelesaian soal tersebut. Oleh karena itu bagi pendidik dalam merencanakan suatu tes,sebaiknya butir-butir soal diujicobakan terlebih dahulu,hasil ujicoba dpat dipakai untuk mengetahui tingkat kesukaran soalnya.
5.      Merencanakn banyak sedikitnya soal, ada beberapa yang harus diperhatikan dalam merencanakan banyak sedikitnya soal,yalni:
a)      Hubungan banyak sedikitnya soal dengan reliabilitas tes,
b)      Hubungan banyak sedikitnya soal dengan bobot keseluruhan bagian
c)      Hubungan banyak sedikitnya soal dengan waktu tes,dan
d)     Hubungan banyak sedikitnya soal dengan ujicoba suatu tes
(Sumadi Srybrata , 1987:18-21)

6.      Merencanakan jadwal penerbitan soal, Dalam mempersiapkan suatu tes, perlu diperhatikan wajtu untuk menggandakan soal, apalagi jika lembaga pendidikan belum memiliki tenaga profesional untuk keperluan ini yang mampu bekerja secara optimal dalam waktu singkat dapat menggandakan sdoal dalam jumlah yang besar. Disamping faktor penggandaan menjadi pertimbangan utama bagi perencanaan tes, perku juga dipoertimbangkkan tingkat kerumitan soal,sebab  soal yang rumit memerlukan keahlian khusus untuk menyelesaikanya serta memaka waktu lebih lama.[7]
C.    Penulisan Soal
            Secara umum, kemampuan khusus yang harus dimiliki bagi penulis soal adalah:
1.      Penguasaan pengetahuan yang diteskan
2.      Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan
3.      Pemahaman akan karakteristik individu yang dites
4.      Kemampuan membahas gagasan
5.      Penguasaan akan teknik penulisan soal, dan
6.      Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal (Sumadi Surybrata, 1987:28)
Fungsi tes tidak semata-mata sebagai alat ukur saja, melainkan memiliki fungsi motivatif dan pembentukan sikap bagi peserta didik. Oleh karena itu penulisan soal hendaknya  memahami nilai-nilai yang mendasari pendidikan, seperti tujuan pendidikan, filsafat pendidikan , sistem pendidikan, psikologi,garis-garis besarnya saja.
Dalam menulis soal diperlukan kemampuan untuk membahas gagasan dalam bahasa verbal yang jelas dan mudah difahami maksudnya, sebab soal merupakan wakil dari pendidik yang hadir dihadapan peserta didik’oleh karena itu penulisan soal membutuhkan bahas yang lugas dan tidak berbelit-belit.[8]
Pengembangan Instrumen Evaluasi Jenis Non-Tes
A.    Observasi
Observasi adalah proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis,logis,objektif dan rasional menganai berbagai fenomena , baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Tujuan observasi adalah :
1)      Untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai satu fenomena baik yang berupa peristiwa maupun tindakan , baik dalam situasi sesungguhnya maupun dalam situasi buatan.
2)      Untuk mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun perilaku peserta didik), interaksi peserta didik dan guru,dan faktor-faktor yang dapat diamati lainya, terutama kecakapan sosial.
Kelebihan observasi :
1)      Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena,
2)      Observasi cocok untuk mengamati perilaku-perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan kegiatan.
3)      Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes , tetapi justru lebih tepat dengan observasi
4)      Tidak terikat dengan laporan pribadi.

B.     Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab,baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik.
Tujuan Wawancara adalah :
1)      Untu memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu.
2)      Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah
3)      Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.


Kelebihan Wawancara :
1)      Dapat berkomunikasi secar langsung kepada peserta didik sehingga informasi yang diperoleh dapat diketahui objektifitasnya.
2)      Dapat memperbaiki proses hasil belajar
3)      Pelaksanaan wawancara dinamis dan fleksibel.

C.    Daftar Cek (Check list)
Daftar Cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Daftar cek dapat memungkinkan guru sebagai penilai mencatat tiap kejadian yang betapapun kecilnya, tetapi dianggap penting. Ada beberapa macam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicatumkan pada daftar cek kemadian tinggal memberi tanda centang pada setiap aspek-aspek tersebut sesuai hasil penilaianya.
Kelebihan Daftar Cek :
1)      Membantu guru mengingat-ingat apa yang harus diamati
2)      Dapat memberi informasi kepada stakeholder.
Contoh Daftar Cek :
1)      Daftar Cek tentang keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok pada mata pelajaran Pendidiksn Kewarganegaraan.
No
Nama
SB
B
C
K
SK
1.
2.
3.
4.
5.
Nano Waryono
Elin Roslina
Arie Apriadi
Angga Zalindra
Ardi Maulana






D.    Angket (Quetioner)
Angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi,pendapat dan paham dalam hubungan kausal. Angket hampir sama dengan wawancara,kalau angket dilaksanakan dengan tertulis kalau wawancara dilakukan dengan lisan.
Kelebiahan Angket :
1)      Responden dapat menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi dengan peneliti atau pun penilai
2)      Informasi atau data terkumpul lebih mudah karena itemnya homogen
3)      Dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah responden yang besar.
Cara  menyusun kuesioner   adalah sebagai berikut
a.       Mulai dengan pengantar yang isinya permohonan mengisi kuesioner  sambil dijelaskan maksud dan tujuannya.
b.      Jelaskan petunjuk atau cara mengisinya supaya tidak salah. Kalau perlu,diberi contoh.
c.       Mulai  dengan  pertanyaan untuk mengungkapkan identitas responden . dalam identitas ini sebaiknya tidak di minta mengisi nama .
d.      Isi pertanyaan sebaiknya dibuat beberapa kategori atau bagian sesuai dengan fariabel yang diungkapkan sehingga mudah mengelolanya.
e.       Rumusan pertanyaan dibuat singkat,tetapi jelas sehingga tidak membingungkan dan salah mengakibatkan penafsiran.
f.       Hubungan antara pertanyaan yang satu dengan pertanyaan yang lain harus dijaga sehingga tampak logikanya dalam satu rangkaiyan yang sistematis.hindari penggolongan pertanyaan terhadap indicator atau persoalan yang sama.
g.      Usahakan kemungkinan agar jawaban kalimat atau rumusannya  tidak boleh panjang dari pada pertanyaannya.
h.      Kuensioner  yang terlalu panjang akan melelahkan dan membosankan responden sehingga pengisiannya tidak objektif lagi.
i.        Ada baiknya kuesioner diakhiri dengan tanda tangan pengisi untuk menjamin keabsahan jawabannya.

E.     Skala Penilaian (Rating Scale)
Daftar dalam cek penilai hanya dapat mencatat ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu ,sedangkan dalam skala penilaian fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan.
Contoh :
Nama   :                                                           Kelas                           :
Umur   :                                                           Sekolah                       :
Hari     :                                                           Tanggal                       :
No
                              Tanggal
Aspek yang
Dinilai                              
ST
T
S
R
SR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sopan Santun
Racun Dunia
Bersikap Ramah
Pemberani
Pemarah
Egois
Agresif






Jadi dalam Skala Penilaian tidak hanya mengukur secara mutlak ada atau tidaknya variabel tertentu, tetapi lebih jauh mengukur bagaimana intensitas gejala yang ingin diukur.[9]

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN:
a.       Ketentuan Pokok dalam Perencanaan Test
1.      Evaluasi dilakukan terhadap semua hasil pengajaran yang penting
2.      Tes harus merefleksikan hal-hal yang menurut perkiraan mendapat tekanan tertentu dalam pelajaran.
3.      Hakekat tes harus merefleksikan tujuan yang hendak dicapai oleh tes itu.
4.      Hakekat tes harus merefleksikan kondisi-kondisi administrasi di mana tes akan diadministrasikan

b.      Prinsip-prinsip Dasar Tes Hasil Belajar:
1.      Tes tersebut dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah ditetapkan sesuai denga tujuan instruksional.kejelasan mengenai pengukuran hasil belajar yang dikehendaki akan memudahkan bagi guru dalam menyusun butir-butir soal tes.
2.      Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan.
3.      Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesui dengan tujuan.
4.       Di desain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan
5.      Dibuat seandal (reliable) mungkin sehingga mudah dinterpretasikan dengan baik
6.      Digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru.

c.       Penulisan Soal
                 Secara umum, kemampuan khusus yang harus dimiliki bagi penulis soal adalah:
1.      Penguasaan pengetahuan yang diteskan
Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan
2.      Pemahaman akan karakteristik individu yang dites
3.      Kemampuan membahas gagasan
4.      Penguasaan akan teknik penulisan soal, dan
5.      Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal




DAFTAR PUSTAKA

Thoha,Chabib,Teknik Evaluasi Pendidikan,2003,Jakarta : PT.Raja Grfindo Persada
Oemar,Hamalik, Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan, 1989, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Purwanto,Ngalim,Prinsip-prinsip dan tekhnik pengajaran,2004,Bandung:PT Remaja Resda Karya,hlm 30
Sudijono,Anas,Pengantar Evaluasi Pendidikan,2003,Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada
Arifin, Zainal.Evaluasi Pembelajaran.2009.Bandung:PT Remaja Rosdakarya




[1] M.Chabib Thoha,Teknik Evaluasi Pendidikan,2003,Jakarta:PT.Raja Grfindo Persada,Hlm 43
[2] Ibid hlm 21
[3]Oemar Hamalik, Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan, 1989 Bandung : PT Remaja Rosdakarya, hlm. 21-30
[4] Ngalim Purwanto,Prinsip-prinsip dan tekhnik pengajaran,2004,Bandung:PT Remaja Resda Karya,hlm 30
[5] Anas Sudijono,Pengantar Evaluasi Pendidikan,2003,Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,Hlm 97.
[6] Ibid,hlm 98
[7] M.Chabib Thoha,Teknik Evaluasi Pendidikan,2003,Jakarta:PT.Raja Grfindo Persada,Hlm 22-38
[8] Ibid hlm 39
[9]  Zainal Arifin..Evaluasi Pembelajaran.2009.Bandung.PT Reaja Rosdakarya.Hlm 152-166

0 komentar:

Posting Komentar