Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata
Kuliah Sejarah Kebudayaan Islam
Dosen
Pembimbing : Bapak H.Muh. Khoirul Rifa’i,M.Pd.I
Oleh Kelompok 4:
Nama NIM
ANNEKE DIAH BETRIKA 3217103013
EMI
SULISTYOWATI 32171030
KELAS : PGMI A
SEMESTER: V (LIMA)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI (STAIN)
TULUNGAGUNG
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDA’IYAH
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bani Umayyah
adalah kekhalifahan
Islam pertama
setelah masa Khulafa ar-Rasyidin yang memerintah dari 661-M sampai 750-M di Jazirah
Arab dan sekitarnya, serta dari 756-M sampai 1031-M di Cordova, Spanyol. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin ‘Abd asy-Syams, kakek buyut
dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Mu’awiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala
disebut juga dengan Mu’awiyah.[1]
Bani Umayyah
memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi penguasa yang sudah terpendam sejak
dulu. Ambisi ini ada karena Bani Umayyah menganggap keturunan mereka berasal
dari golongan bangsawan, terhormat dan mempunyai kekayaan yang melimpah.[2]
Namun, kenyataannya Bani Umayyah tidak berhasil, karena Bani Umayyah tidak
memperoleh popularitas di lingkungan penduduk Arab, tidak seperti layaknya Bani
Hasyim yang berhasil memperoleh popularitas di lingkungan penduduk Arab.
Sebagai akibat ambisi yang tidak kesampaian, maka terjadilah persaingan antara
Umayyah dengan pamannya Hasyim bin Abd al-Manaf. Kondisi ini justru semakin
menyudutkan citra Umayyah di mata masyarakat Arab.
Walau demikian,
akhirnya, ambisi untuk menjadi penguasa dari keturunan Bani Umayyah ini
tercapai juga oleh keturunan Bani Umayyah yang bernama Mu’awiyah bin Abi
Sufyan. Bani Umayyah berkuasa setelah kepemimpinan Khulafa ar-Rasyidin.
Mengalir dari
uraian di atas, maka tinjauan sejarah dalam tulisan makalah ini akan membahas
tentang masa kelahiran, khalifah-khalifah yang pernah berkuasa pada Dinasti
Umayyah, dan ekspansi-ekspansi yang dilakukan pada masa Dinasti Umayyah. Adapun
tata urut dari tulisan ini meliputi pendahuluan, pembahasan dan penutup.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah lahirnya dinasti umayyah?
2. Sebutkan beberapa khalifah di zaman
dinasti umayyah!
3. Daerah sajakah ekspansi yang dilakukan
pada masa dinasti umayyah?
C.
Tujuan
1. Dapat mengetahui lahirnya dinasti
umayyah
2. Dapat mengetahui beberapa khalifah di
zaman dinasti umayyah
3.
Dapat
mengetahui daerah mana saja yang menjadi ekspansi pada masa dinasti umayyah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.Berdirinya
Dinasti Umayyah
Bani Umayyah adalah salah satu dari keluarga suku
Quraisy, keturunan Umayyah bin Abdul Syams bin Abdul Manaf.[1]bani
Umayyah baru masuk islam setelah Nabi Muhammad s.a.w berhasil menalukan kota
Makkah (Fathu Makkah). Sepeninggal
Rosululloh bani Umayyah sesungguhnya menginginkan jabatan pengganti
Rosul(khalifah), tetapi mereka belum berani menampakkan cita-citanya itu pada
masa Abu Bakar dan Umar. Baru setelah Umar meninggal yang penggantinya
diserahkan kepada hasil musyawarah enam orang sahabat, bani umayyah menyokong
pencalonan Usman secara terang-terangan, hingga akhirnya Usman terpilih. Sejak
saat itu mulailah meletakkan dasar-dasar untuk menegaan khilafah Umayyah. Pada
masa pemerintahan Usman inilah Mu’awwiyah mencurahkan segala tenaganya untuk
memperkuat dirinya, dan menyiapkan daerah Syam sebagai pusat kekuasaan di
kemudian hari.[2]
Hingga
suatu saat yang ditunggu Mu’awiyyahpun datang dengan adanya perselisihan antara
Ali bin Abi Tholib dengan Mu’awwiyah bin Abu Sufyan akhirnya pecah menjadi
perang siffin. Perang tersebut diakhiri dengan peristiwa tahkim yang
menyebabkan kubu Ali terbagi menjadi dua, yaitu golongan yang keluar dari Ali
disebut golongan khowarij dan golongan yang setia kepada Ali disebut golongan
syi’ah. Di luar golongan ini masih ada golongan umat islam yang lain yaitu
golongan yang mendukung Mu’awwiyah. Adanya hal-hal semakin memperkeruh kondisi umat islam. Sampai pada akhirnya Ali
bin Abi Tholib terbunuh oleh seorang khowarij yang benama Abdur Rohman bin
Muljam pada tanggal 17 Romadhon tahun 40 H.
Pada saat itu sebagian masyarakat Islam di Arab, Irak dan Iran memilih dan
mengangkat Hasan Ibn ‘Ali. Akan tetapi, Hasan Ibn ‘Ali kemudian memberikan
kekuasaannya kepada Muawiyah Ibn Abi Soffan setelah menduduki jabatan selama
kurang lebih 3 bulan. Hasan melakukan hal tersebut karena ian menyadari
kelemahan dan kekurangannya dalam kepemimpinan. Hasan menganggap Muawiyah lebih
cocok untuk memimpin umat Islam.
Pada tahun 661 M / 41 H terjadilah
perpindahan kekuasaan dari Hasan bin Ali kepada
Muawiyah bin Abi sofyan. Serah terima jabatan itu berlangsung di Kuffah, sebuah kota pelabuhan yang
makmur diteluk Persia. Dan kemudian dikenal dalam sejarah Islam dengan “Amul
Jama’ah”(tahun persatuan umat islam). Muawiyah menerima kekhalifahan di Kuffah dengan syarat-syarat yang diajukan
oleh Hasan. Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut
Khulafaur Rasyidin, dan dimulailah kekuasan bani umayyah dalam sejarah islam.[3]
Muawiyah menerima kekhalifahan di Kuffah dengan syarat-syarat yang diajukan
oleh Hasan, yakni :
- Agar Muawiyah tiada
menaruh dendam terhadap seorang pun penduduk Irak
- Menjamin keamanan dan
memaafkan kesalahan-kesalahan mereka
- Agar pajak tanah negeri
Ahwaz diperuntukkan kepadanya dan diberikan tiap tahun
- Agar Muawiyah membayar
kepada saudaranya, Husain, 2 juta dirham
- Pemberian kepada Bani
Hasyim haruslah lebih banyak dari pemberian kepada Bani Abdis Syams.[4]
Sejak
peristiwa Amul Jama’ah itu, Mu’awwiyah resmi menjadi khalifah baru umat islam
yang berpusat di Damaskus(Suriah). Perbedaan yang mencolok dinasti ini dengan
Khulafaur Rasyidin adalah terletak pada pergantian pemimpin yang dilakukan
secara turun temurun atau bentuk monarchi heredetis. Ini terletak sebelum
Mu’awwiyah meninggal, dia sudah menyiapkan Yazid bin Mu’awwiyah sebagai putra
mahkota menggantikan dirinya. Muawwiyah sebagai khalifah pertama dinasti ini
dan dialah yang dianggap sebagiai pendiri dari dinasti Umayyah ini.[5]
B.
Khalifah-Khalifah pada masa Dinasti Umayyah
Dinasti
umayyah memegang kekuasan islam selama 90 tahun dengan pusat pemerintahan di
Damaskus (Suriah). Selama kurun waktu tersebut pemerintahan dipegang oleh 14
khalifah. Khalifah-khalifah iti diantaranya adalah:
1.Mua’awwiyah
bin Abi Sofyan (661-680M)
2. Yazid bin Mu’awwiyah (680-683M)
3. Mu’awwiyah bin Yazid (683-684M)
4. Marwan Bin Hakam (684-685M)
5. Abdul Malik bin
Marwan (685-705M)
6. Al-Walid bin Abdul
Malik (705-715M)
7. Sulaiman bin Abdl
Malik (715-717M)
8.Umar bin Abdul Aziz
(717-720M)
9. Yazid bin Abdul
Malik (720-724M)
10.Hisyam bin Abdul
Malik (724-743M)
11.Walid bin Yazid
(743-744M)
12.Yazid bin Walid
(744M)
13.Ibrahim bin Walid
(744-745M)
14.Marwan bin Muhammad
(745-750M).[6]
Diantara khalifah-khalifah itu
terdapat beberapa kholifah terkenal dan memberikan sumbangan terhadap
perkembangan dan kebudayaan islam, diantara para khalifah itu adalah
- Muawyah Ibn Abi Sofyan (41-60 H / 661-680 M )
Pada umumnya
sejarawan memandang negative terhadap muawiyah keberhasilannya memperoleh
legalitas atas kekuasaannya dalam perang saudara di siffin dicapai melalui cara
arbitrase yang curang. Lebih dari itu, Muawiyah juga dituduh sebagai penghianat
prinsip-prinsip demokrasi yang diajarkan Islam, karena dialah sisten
pemerintahan yang dipilih oleh rakyat menjadi kekuasaan raja yang diwariska
turun-temurun.
Bila dilihat
dari sikap dan prestasi pilitiknya yang menakjubkan sesungguhnya Muawiyah
adalah seorang pribadi dan pemimpin besar yang berbakat. Didalam dirinya
terkumpul sifat-sifat seorang penguasa yang politikus dan pengalaman politik
telah memperkaya dirinya dengan kebijakan kebijakan dalam pemerintahan.
Dalam
mengendalikan pemerintahan, Mu’awiyyah di dukung oleh beberapa pembatu utama
dalam mengatasi berbagai kesultanan, diantaranya Amr bin As (Gubernur Mesir);
Mugirah bin Syu’bah (Gubernur Kuffah) kota barat sungai Eurafat (Irak); Ziyad
bin Abihi (Gubernur Persia); Ubaidillah bin Ziyad (Gubernur di Basra) hingga
wafatnya Muawiyyah tahun 680.
Diantara usaha yang dilakukan
Muawiyah sehingga membawa namanya menjagi terkenal selain mendirikan Bani
umayyah, adalah perluasan wilayah dan berusaha menaklukan beberapa daerah
kekuasaan Byzantium dan Persia. Muawiyah mengutus Uqbah Ibn Nafi untuk menakluklukan
Tunisia tahun 670 M. panglima Uqbah Ibn Nafi kemudian mendirikan sebuah kota,
yaitu kora Qairun. Disebelah timur, Muawiyah
dapat menaklukan Khurasan sampai kesungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul.
Angkatan Lautnya terus mengadakan serangan ke Ibu kota Byzantiun,
Konstantinopel.
Kemudian
diantara jasa-jasa Muawiyah adalah mengadakan “Dinas Pos Kilat” dengan
menggunakan kuda-kuda yang selalu siap di tiap pos gunanya
untuk memperlancar administrasi pusat dan daerah. Dalam
bidang ekonomi Muawiyah juga mendirikan “Kantor Cap”
(percetakan mata uang). Di bidang hukum beliau membentuk
profesi Qodli yang bertugas untuk memutuskan hukum dan problema yang muncul
ditengah masyarakat muslim.
- Abdul Malik Ibn Marwan
(65-86 H / 683-705 M)
Khalifah
Abduk Malik adalah orang kedua terbesar dalam deretan para khalifah Bani
Umayyah. Ia dikenal sebagai seorang khalifah yang dalam ilmu agamanya, terutama
dibidang Fiqih. Khalifah Abdul Malik memerintah paling lama yakni 21 tahun.
Khalifah Abdul Maluk Ibn Marwan menciptaan keamanan disemua wilayah Islam.
Setelah keamanan menjadi stabil, maka ia berusaha melaksanakan pembangunan demi
terciptanya kesejahteraan masyarakat. Hasil uasahanya dalam mewujudkan
kesejahteraan masyarakat antara lain:
a. Membentuk
Mahkamah Agung
b.
Penggantian bahasa resmi ( menggunakan Bahasa arab )
c. Penggantian
mata uang ( mencetak mata uang dengan nama Dirham, Dinar dan Fals)
d.
Mendirikan kas Negara di Damaskus
e.
Pembangunan pos dan peningkatan pelayanan pos dan komunikasi
f.
Mendirikan bangunan-bangunan seperti pembangunan pabrik-pabrik senjata dan
pabrik kapal perang yang didirikan di Tunisia
g.
Membangun masdji Umar (Qubah Al-Sakharah) di Yarussalem
h.
Memperluas masjid Haram di Makkah
i. Penyempurnaan
tulisan Mushaf Al-Qur’an dengan titik pada huruf-huruf tertentu dan
memperbaharui Qawaid
Abdul Malik
sebagai penerus dari Muawiyyah. Dia berhasil menyeberangi sungai Oxus dan dapat
berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarijzm, Ferhana dan Samarkandi.
Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Baukhistan, Sina dan
Punjab sampai ke Malta.
- Walid Ibn Abdul malik (
89-96 H / 705-715 M)
Khalifah
Walid ibn Abdul Malik ini memerintah kurang lebih 10 tahun. Pada masa pemerintahannya, kekayaan dan kemakmuran melimpah
ruah. Pada masa Walid Ibn bdul Malik terkenal dengan Negara yang damai dan
rakyat memperoleh jaminan keamanan. Wilayah Islam pada masa ini paling luas
yaitu dari Indus di India sampai ke Andalusia di Spanyol. Wilayah kekuasannya
meluas kewilayah Timur sampai didaerah anak Benua India dan perbatasan Cina.
Sementara dibagian Utara meliputi Aleppo, Asia kecil, Cesnia, dan Armenia
sampai Timur Laut. Dan dibagian barat, Islam menguasai seluruh Afrika Utara
sampai Semenanjung Iberia, serta kepulauan di Laut Lengah.
Disamping
itu juga banyak kemajuan dalam bidang kebudayaan dan sosial. Diantara usaha
yang menyangkut bidang sosial dan kebudayaan antara lain :
a. Mendirikan Rumah Ssakit
b.
Orang buta, lumpuh, gila, lansia, dan wanita yang ditinggal mati suaminya
dimedan perang dapat jaminan hidup secara gratis dari Negara
c. Khalifah
juga pencinta seni dan sastra serta puisi, dan untuk mengkaji Al-Qur’an dan
Hadits dibangun pusat-pusat kajian Islam
d.
Membangun masjid, diantaranya masjid Al-Haram
e.
Membangun “Hujrah” makam Nabi Muhammad saw
f. Khalifah ini dinilai sebagai khalifah yang merakyat, sehingga banyak
madrasah dan sekolah kedokteran dibangunnya.
- Umar Ibn Abdul Aziz
(99-101H / 717-720 M)
Khalifah ini
terkenal dengan keadilannya dalam menjalankan pemerintahan. Ia mempunyai pribadi seperti Umar Ibn Khatab. Diantara sifat-sifat
terpuji umar Ibn Abdul Aziz yakni sopan, adil, sederhana, bertakwa kepada Allah
swt, sangat cinta kepada rakyatnya, lebih mementingkan urusan agama dari pada
politik, lebih mementingkan persatuan umat islam dari pada golongan, penyiaran
islam dengan cara damai dan berbuat adil terhadap semua pihak.
Usahanya
dalam proses penyebaran islam dilakukan dengan mengirim para Mubaligh ke India,
Turki, dan Barbar di Afrika Utara dan menyetop usaha pengepungan Konstaninopel
dan para Tentara diperintahkan untuk kembali ke markas masing-masing. Disamping
itu, ia juga mengirim selembaran tentang islam dan ilmu pengetahuan kepada para
Gubernur. Dan yang lebih penting usahanya dalan system pemerintahan ialah
mengembalikan semua system kepada ajaran islam dan sebelum menjadi pemimpin ia
pernah menawarkan kepada rakyat untuk menentukan siapa yang berhak menjadi
pemimpin.
Terhadap pihak yang menentang Bani
Umayyah, seperti golongan Khawarij dan syi’ah, Umar bersikap lunak. Mereka
tidak diperangi, tetapi diajak berdikusi dan membina saling pengertian ia
melancarkan dakwah Islam dengan cara bijaksana dan persuatif hingga penduduk
yang belum beragama Islam masuk ke Islam, juga melindungi penduduk Mesir,
- Hisyam Ibn Abdul malik (
105-125 H / 724-743 M)
Diantara
usaha-usaha ynag dilakukan Hisyam yakni membangun pabrik senjata, mendirikan
perusahaan kain sutera yang halus, menggali beberapa terusan untuk kepentingan
irigasi dan membangun pacuan kuda.
Saat menjadi
khalifah, Hasyim menghadapi banyak masalah dalam negeri yang menyita
perhatiannya. Bahkan di zaman ini muncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan
berat bagi pemerintahan Bani Umayyah, kekuatan itu berasal dari Bani Hasyim
yang di dukung oleh golongan Mawali. Kemelut politik di Irak, khususnya
Khurasan, mendorongnya berkali-kali mengganti Gubernur di daerah ini.
Sungguhpun demikian, Khurasan tidak juga tenang dari kerusuhan. Sentimen
kesukuan Arab Utara dan Selatan adalah penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah.
Walaupun sebenarnya Hasyim ibn Malik adalah seorang Khalifah yang kuat dan
terampil. Akhirnya pada tahun 750 M, daulah Umayyah digulingkan Bani Abbas yang
bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani yang dipelopori oleh keturunan
al-Abbas ibn al-Muthalib. Dan gerakan ini didukung penuh oleh Bani Hasyim dan
golongan Syi’ah serta kaum Mawali.[7]
C.Ekspansi
yang dilakukan pada masa dinasti Umayyah
Kejayaan
dinasti Umayyah ditandai dengan capaian ekspansinya yang sangat luas. Langkah ekspansi
ini menunjukkan stabilitas politi Umayyah yang cukup mapan. Ekspansi masa
dinasti Umayyah ini merupakan kelanjutan dan perluasan dari apa saja yang telah
dicapai pada masa khulafaur Rasydin. Pada masa itu sempat berhenti disebabkan
konflik dan kekacauan di kalangan umat Islam.
1.
Perluasan ke Wilayah Barat
Begitu
Mu’awwiyah berhasil menduduki jabatan sebagai khalifah umat islam, ia langsung
membuat langkah-langkah strategis untuk mengembangkan kekuasaannya. Mu’awwiyah
berusaha mematahan imperium Bizantium, dengan merebut kota Konstantinopel.
Mu’awwiyah membayangkan dengan jatuhnya kota Konstantinopel akan menyebabkan
jatuhnya imperium Bizantium.
Untuk kepentingan ini, Mu’awwiyah mempersiapkan
armadanya yang telah dilengkapi dengan persenjataan lengkap, bahkan armada
Mu’awwiyah jauh lebih besar dari armada Bizantium yang bermarkas di antai
Licya. Maka mulailah bertolak armada Mu’awwiyah, setiap pulau yang dilewati di
laut tengah berhasil ditaklukkan satu persatu seperti pulau Rhodes, pulau
Kreta. Dan juga diserangnya pulau-pulai Sisilia dan pulau-pulau Arwad. Ini
adalah pulau yang terdapat di sebelah barat laut Marmora. Kemudian Mu’awwiyah
terus bertolak untuk mengepung kota Konstantinopel. Ketika itu tentara muslimin
oleh Yazid bin Mu’awwiyah dan didampingi oleh Abu Ayyub al-Anshar, Abdullah bin
Zubair, Abdullah bin Umar dan Banu Abbas.
Meskipun penyerangan terus dilancarkan oleh pasukan
Islam, tampaknya saat itu pasukan Bizantium amat tangguh dan juga didukung oleh
medan yang sudah dikenalnya serta dekat dengan ibu kota. Dibandingkan dengan tentara
islam yang jauh dari basis mereka.walaupun orang islam telah membangun
pangkalan di laut Marmora tetapi masih belum bisa menembus benteng Istambul.
Sekitar tahun 677M, Mu’awwiyah memutuskan untuk menghentikan serangan dan
berdamai dengan Bizantium setelah pasukan islam mengalami beberapa kekalahan.
Pada masa kekhalifahan Sulaiman bin Abdul Malik yang
saat itu merasa kekuatan islam sudah cukup kuat untuk merebut Konstantinopel
kembali, maka dengan jumlah armada dan tentara yang lebih besar lebih kurang 80.000
orang dan 1800 kapal mengepung ibu kota musuh selama setahun penuh(Agustus
717-718) tetapi sekali lagi pasukan islam harus mengakui bahwa kota tersebut
terlalu kuat bagi para penyerang, sehingga pemerintahan pusat memerintahkan
menarik mundur ekspedisinya ini, dan mengarahkan ke wilayah lain.
2.
Penaklukan di Afrika Utara
Wilayah-wilayah
disekitar pantai Afrika Utara umumnya berada dalam kekuasaan Romawi, dan
diperintah oleh satuan-satuan tentara Romawi. Sedangkan daerah gurun sahara dan
daerah pertanian yang memanjang sampai pantai Atlantik dibarat dan sampai
kenegara Sudan di selatan merupakan negeri-negeri merdeka, dikuasai oleh
raja-raja barbar. Bangsa Romawi dan bangsa Eropa belum sanggup mengalahkan suku
barbar ini, pola hidup mereka masih nomaden.
Sebelum pada
zaman Usman orang-orang Arab telah mencapai Barqah dan Tripoli di Libya,
kemudian Mu’awwiyah bertekad merebut kekuasaan dari Romawi di Afrika utara.
Tugas ini dipercayakan pada Uqbah bin Nafi yang sebelumnya juga sudah
ditempatkan di Barqah semenjak daerah tersebut ditaklukkan. Dengan dukungan
orang Barbar dia mengalahkan tentara Bizantium di Ifriyah(Tunisia). Pada tahun
670M Uqbah mendirikan kota Qairawan sebagai kota islam dan markas bala tentara.
Pada tahun
681M Uqbah bin Nafi memimpin ekspansi besar-besaran ke barat sampai mencapai
Atlantik. Tetapi dalam perjalanan pulang dia diserang dan dibunuh oleh kepala
suku Barbar Kusaylah dan Kahira. Dengan tewasnya Uqbah bin Nafi dan kalahnya
satuan-satuan mereka, maka untuk kedua kalinya kekuasaan kembali ke tangan
Bizantium di daerah pantai dan ke tangan Kusylah di daerah pedalaman.
Pasukan-pasukan muslimin mengundurkan diri dari Qairawan ke Barqah. Kemudian
Abd al-Aziz bin Marwan gubernur di Mesir berusaha mengembalikan kekuasaan
muslimin dengan mengirimkan satuan-satuan, tetapi satuan-satuan tersebut kalah.
Ketika
jabatan khalifah dipegang oleh Abdul Malik, bani Umayyah mulai bangkit kembali.
Abdul malik mengirimkan satuan yang besar duu bawah pimpinan Hasan bin Mu’man
Al-Ghasani(689M) berhasil mengusur Romawi dari Afrika Utara. Begitu juga dengan
suku Barbar berhasil dipatahkan kekuatannya.
Dalam
periode selanjutnya, di awal pemerintahan Al-Walid,Musa bin Nushair ditunjuk
menjadi gubernur Ifriqiyah. Dia berhasil melenyapkan sisa-sisa kekuatan yang
tadinya masih dimiliki oleh suku-suku Barbar. Maka antara tahun 705-708M Musa
bin Nushair mencapai Atlantik dengan kekuatan besar. dia juga menaklukkan
Thanjah(Tanqiera) dan kota Septah(Ceuta) yang terletak dipantai Afrika paling
utara yang sebelumnya takluk kepada raja-raja Ghot. Dengan demikian kaum
muslimin mendapat kemenangan dan stabilitas di kawasan ini.
3.
Ekspansi ke Spanyol
Wilayah
Spanyol atau yang orang Arab menyebutnya dengan Andalusia merupakan semenanjung
yang merupakan pintu gerbang untuk memasuki laut tengah. Setelah berjaya di
Afrika Utara, tentara islam ingin melanjutkan ekspansi ke daratan Eropa.
Spanyol pada saat itu dikuasai oleh otokrasi keci Visigoth di bawah raja
Roderick.[8]
Bulan juli
710M sebanyak 400 orang melakukan pengintaian yang mendapati bahwa
laporan-laporan mengenai banyaknya jarahan dan lemahnya pertahanan. Karena itu
tahun berikutnya, seorang Barbar pembantu Musa bin Nushai bernama Tariq bin Ziad (yang namanya dipakai
untuk Gilbraltar-Jabal Tariq,gunung Tariq) menyeberangi selat dengan 7000
orang, kebanyakan orang Barbar. Sementara raja Roderick sedang berada di bagian
utara, orang-orang islam berhasil memantapkan kedudukan mereka di Algeciras.
Ketika Roderick akhirnya bergerak ke selatan untuk menghadapi orang-orang
islam, yang sekarang diperkuat dengan tambahan 5000 orang lagi, dia dikalahkan.
Seluruh
Spanyol sekarang terbuka bagi orang-orang islam. Sisa orang-orang Visigoth tercerai
berai. Di sana sini kepala beberapa daerah melakukan perlawanan, tetapi
sebagian besar bisa dikalahkan dalam waktu singkat.[9]
Dengan
kemenangan itu kemudian Tariq terus menaklukkan kota demi kota dan
mengembangkan kekuasaan di Spanyol. Dia berhasil menaklukkan kota Cordova,
Granada, dan Toledo(Tolado dimasa itu adalah ibukota kerajaan Ghot). Setelah itu
Musa bin Nushai juga bertolak ke Spanyol untuk bahu membahu dengan Tariq
menaklukkan kota-kota Spanyol, dia berhasil merebut kota Karma, Musa
melanjutkan perjalanan ke kota Toledo dia sehingga bertemu dengan Tariq.
Kemudian
pasukan Musa dan Tariq melanjutkan perjalanan ke utara dan berhasil menaklukkan
kota Barcelona dan Saragosa. Daerah-daerah Aragon dan Castilla pun bertekuk
lutut pada mereka. Pasukan islam terus menuju ke timur laut sampai ke gunung
Pyrenia. Namun tentara islam tidak tuntas menaklukkan pegunungan yang terletak
di laut Calicia. Yang merupakan tempat pelarian dan pesembunyian bangsa Ghot
dari serangan tentara islam.
4.
Perluasan ke wilayah Timur
Penaklukan ke wilayah timur juga mendapat hasil yang
cukup gemilang. Dian tara penaklukan ke wilayah timur ini adalah ke daerah
Sind. Yang dimaksud denagn daerah Sind adalah negri yang melingkari sungan
Sind(Indus) membentang dari Iran sampai pegunungan Himalaya. Negeri Sind ini
sebagian besar termasuk negara Pakistan.wakil gubernur Basrah, Muhammad bin
Qasim, berangkat melalui persia selatan dan Bulukhistan, mencapai Sind (711M)
dan Punjab selatan (713M).
Untuk mencapai negeri Sind ini bukanlah mudah, banyak
rintangan dan pertempuran di setiap daerah yang dilalui. Yang terakhir yaitu
pertempuran dengan raja Sind(Dahar). Dalam pertempuran, Dahar melarikan diri
sehingga pasukan kucar-kacir dan banyak yang ditawan oleh pasukan muslim.
Dengan hancurnya pasukan Dahar maka terbentanglah jalan Muhammad bin Qasim dan pasukannya
menguasai seluruh Sind sehingga sampai ke Kasymir. Di antara faktor penting
kaum muslimin mencapai kemenangan, dengan cepat di Sind adalah karena
mendapatkan bantuan dari suku Med dan Zeth.[10]
BAB
III
KESIMPULAN
·
Berdirinya
Dinasti Umayyah
Dinasti Bani
Umayyah merupakan masa kekerajaan, dimana pada waktu itu merupakan masa
pemerintahan kerajaan pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin. Sistem
pemerintahan dilakukan secara monarki herdetis atau pergantian pemimpin
dilakukan secara turun temurun.
Dinasti Umayyah berkuasa hampir satu Abad,
tepatnya selama 90 tahun (661-750 M / 41-132 H). dan selama pemerintahan Bani
Umayyah telah berkuasa sebanyak 14 Khalifah.
·
Diantara
para khalifah yang memiliki jasa besar dalam dinasti Bani Umayyah, antara lain:
- Muawiyah Ibn Abi soffan
(41-60 H / 661-680 M)
- Abdul Malik Ibn Marwan
(65-86 H / 685-705 M)
- Walid Ibn Abdul Malik
(86-96 H / 705-715 M)
- Umar Ibn Abdul Aziz
(99-101 H / 717-720 M)
- Hasyim Ibn Abdul Malik
(105-125 H / 724-743 M)
·
Ekspansi-ekspansi
yang dilakukan pada masa dinasti Umayyah.
1. Perluasan ke wilayah barat
Armada
Mu’awwiyah, setiap pulau yang dilewati di laut tengah berhasil ditaklukkan satu
persatu seperti pulau Rhodes, pulau Kreta. Dan juga diserangnya pulau-pulai
Sisilia dan pulau-pulau Arwad. Ini adalah pulau yang terdapat di sebelah barat
laut Marmora.
2. Perluasan ke wilayah Afrika utara
Musa bin
Nushair mencapai Atlantik dengan kekuatan besar. dia juga menaklukkan
Thanjah(Tanqiera) dan kota Septah(Ceuta) yang terletak dipantai
Afrika
paling utara yang sebelumnya takluk kepada raja-raja Ghot.
3. Ekspansi ke Spanyol
Tariq bin
bin Ziad menaklukkan kota Cordova, Granada, dan Toledo(Tolado dimasa itu adalah
ibukota kerajaan Ghot). Kemudian Musa bin Nushai juga bertolak ke Spanyol untuk
bahu membahu dengan Tariq menaklukkan kota-kota Spanyol, dia berhasil merebut
kota Karma, Musa melanjutkan perjalanan ke kota Toledo dia sehingga bertemu
dengan Tariq.
Kemudian
pasukan Musa dan Tariq melanjutkan perjalanan ke utara dan berhasil menaklukkan
kota Barcelona dan Saragosa. Daerah-daerah Aragon dan Castilla pun bertekuk
lutut pada mereka. Pasukan islam terus menuju ke timur laut sampai ke gunung
Pyrenia.
4. Perluasan wilayah ke timur
Dengan
hancurnya pasukan Dahar maka terbentanglah jalan Muhammad bin Qasim dan
pasukannya menguasai seluruh Sind sehingga sampai ke Kasymir.
Daftar Pustaka
·
Ahmad jamii, sejarah kebudayaan islam MAN.Gresik:Putra
kembar jaya.2008
·
Fu’adi imam, sejarah peradaban islam, Yogyakarta:
Teras.2011
·
Istianah Abu
Bakar, Sejarah Peradaban Islam.
Malang:UIN-Malang Press 2008
·
W.Montgomery
Watt.Kejayaan Islam, Yogyakarta:
PT.Tiara Wacana Yogya.1990
·
aagun74alqabas.wordpress.com/.../perkembangan-dan-keruntuhandinasti
umayyah
·
Namestic.wordpress.com/fiqh-ibadah/sejarah-dakwah
1 komentar:
makasih sob...
kunjungi juga http://pacujalur2015.blogspot.co.id/2015/10/cara-meningkatkan-traffic-pengunjung.html
Posting Komentar