M A K A L A H
Di Buat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan Islam
Dosen Pembimbing : H. Muh. Khoirul Rifa’i,
M.Pd.I
Oleh Kelompok 5:
Nama NIM
Abu Zaeni 3217103001
Binti Nafiatud D. 3217103019
Feska Maharani 3217103026
KELAS : PGMI A
SEMESTER: V (LIMA)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
TULUNGAGUNG
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH
2012
KATA PENGANTAR
Dengan
rasa syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayahnya semata sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sejarah Kebudayaan
Islam yang berjudul “Bangsa Arab Sebelum Islam” tepat pada waktunya.
Ucapan
terimakasih kepada mereka yang telah membimbing, memberi saran, memotivasi
serta dukungan, baik dukungan material maupun spiritual kami sampaikan kepada:
1) Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag selaku ketua STAIN Tulungagung.
2) Bapak Muhamad Zaini, M.A selaku Ketua Prodi Pendidikan Guru MI.
3) H. Muh. Khoirul
Rifa’i, M.Pd.I selaku dosen
pembimbing yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan kami demi terwujudnya
makalah ini.
4) Sahabat-sahabat Mahasiswa, dan seluruh pihak yang membantu pembuatan
makalah ini.
Sekalipun
penulisan Makalah ini kami upayakan seoptimal mungkin, kami sangat menyadari
kelemahan kami sebagai manusia, karena bagaimanapun juga tak ada gading yang
tak retak begitu juga dengan Makalah ini.
Harapan
penulis, semoga usaha ini bermanfaat bagi seluruh kalangan dan di catat sebagai
amal yang baik.
Tulungagung, 18 September 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................................
i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................
ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
iii
BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................................
1
- Latar Belakang.............................................................................................................
1
- Rumusan Masalah........................................................................................................
1
- Tujuan...........................................................................................................................
2
BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................................
2
- Kondisi Sosial..............................................................................................................
3
- Kondisi Ekonomi ........................................................................................................ 5
- Kondisi Ilmu Pengetahuan...........................................................................................
6
- Kondisi Aqlak.............................................................................................................. 7
- Kondisi Bahasa dan Seni Sastra...................................................................................
8
- Kondisi Agama............................................................................................................
9
BAB III. PENUTUP............................................................................................................... 10
Daftar
Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ketika
Nabi Muhammad SAW lahir (570 M). mekah adalah kota yang sangat penting dan
terkenal diantara kota-kota di negeri
Arab. Baik karena tradisinya maupun
karena letaknya. Kota ini dilalui
jalur perdagangan yang ramai menghubungkan yaman diselatan dan siria di
utara.dengan adanya kabah ditengah kota. Mekah menjadi pusat keagamaan arab.
Kabah adalah tempat mereka berziarah. Didalamnya terdapat 360 berhala.
Mengelilingi berhala utama. Hubal.mekah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan
masyarakat arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah
arab dengan luas satu juta mil persegi.
Biasanya
dalam membicarakan wilayah geografis yang didiami bangsa arab sebelum
islam,orang membatasi pembicaraan hanya pada jazirah arab. Padahal bangsa arab
juga mendiami daerah-daerah disekitar jazirah. Jazirah arab memang merupakan
kediaman mayoritas bangsa arab kala itu.
Dunia
arab ketika itu merupakan kancah peperangan terus menerus . pada sisi yang lain
meskipun masyarakat badui mempunyai pemimpin namun merreka hanya tunduk kepada
syeikh atau amir(ketua kabilah)itu dalam hal yang berkaitan dengan peperangan,
pembagian harta rampasan dan pertempuran tertentu. Diluar itu ,syeikh atau amir
tidak kuasa mengatur anggota kabilahnya.
Akibat
peperangan yang terus menerus ,kebudayaan mereka tidak berkembang. Oleh Karen
itu kami mencoba membuat makalah ini, yang membahsa mengenai bangsa Arab.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
kondisi bangsa Arab dari segi social?
2.
Bagaimana kondisi
bangsa Arab dari segi ekonomi?
3.
Bagaimana
kondisi bangsa Arab dari segi ilmu pengetahuan?
4.
Bagaimana
kondisi bangsa Arab dari segi Akhlak?
5.
Bagaimana
kondisi bangsa Arab dari segi bahasa dan Seni sastra?
6.
Bagaimana
kondisi bangsa Arab dari segi Agama?
C.
Tujuan
1.
Memahami
kondisi bangsa Arab dari segi social
2.
Memahami
kondisi bangsa Arab dari segi ekonomi
3.
Memahami
kondisi bangsa Arab dari segi ilmu pengetahuan
4.
Memahami
kondisi bangsa Arab dari segi Akhlak
5.
Memahami
kondisi bangsa Arab dari segi bahasa dan Seni sastra
6.
Memahami
kondisi bangsa Arab dari segi Agama
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kondisi Sosial
Di kalangan bangsa Arab terdapat beberapa kelas masyarakat, yang
kondisinnya berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Hubungan seseorang
dengan keluarga di kalangan bangsawan sangat diunggulkan dan diprioritaskan,
dihormati dan dijaga sekalipun harus dengan pedang yang terhunus dan darah yang
tertumpah. Jika seseorang ingin dipuji dan menjadi terpandang di mata bangsa
Arab karna kemulyaan dan keberaniannya, maka dia harus banyak dibicarakan kaum
wanita.
Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan sehingga
kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah
atau suku. Mereka suka berperang. Karena itu, peperangan antar suku sering sekali
terjadi.[1]
Begitulah gambaran secara ringkas kelas masyarakat bangsawan.
Sedangkan kelas masyarakat lainnya beraneka ragam dan mempunyai kebebasan
hubungan antara laki-laki dan wanita.
Abu Daud meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha, bahwa pernikahan
pada masa Jahiliyah ada empat macam :
1.
Pernikahan secara spontan. Seorang laki-laki mengajukan lamaran
kepada laki-laki lain yang menjadi wali wanita, lalu bisa menikahinya setelah
menyerahkan seketika itu pula.
2.
Seorang laki-laki bisa berkata kepada istrinya yang baru suci dari
haid, “temuilah Fulan dan berkumpullah dengannya!” suaminnya tidak
mengumpulinnya dan sama sekali tidak menyentuhnya, hingga ada kejelasan bahwa
istrinya hamil dari orang yang disuruh mengumpulinnya, maka suami bisa
mengambil kembali istrinya jika jika memang ia menghendaki hal itu. Yang
demikian ini dilakukan, karena dia menghendaki kelahiran seorang anak yang baik
dan pintar. Pernikahan semacam ini disebut nikah istibdha’.
3.
Pernikahan poliandri, yaitu pernikahan beberapa orang laki-laki
yang jumlahnya tidak mencapai sepuluh orang, yang semuanya mengumpuli seorang
wanita.setelah wanita itu hamil dan melahirkan bayinya, maka selang beberapa
hari kemudian dia mengundang semua laki-laki yang berkumpul dengannya, dan
mereka tidak bisa menolaknya hingga berkumpul dihadapannya.dia menunjuk salah
satu dari mereka untuk merawat bayinya.
4.
Sekian banyak laki-laki bisa mendatangi wanita yang
dikehendakinnya, yang juga disebut wanita pelacur. Biasannya mereka memasang
bendera khusus di depan pintunya, sebagai tannda bagi laki-laki yang ingin
mmengumpulinya. Jika jika wanita pelacur ini hamil dan melahirkan anak, dia
bisa mengundang semua laki-laki yang pernah mengumpulinnya. Setelah semua
berkumpul, diadakanlah undian. Siapa yang mendapat undian, maka dia bisa
mengambil anak itu dan mengakuinnya sebagai anaknya. Dia tidak bisa menolak hal
itu.[2]
Berikut ini adalah contoh beberapa tradisi
buruk masyarakat Arab Jahiliyah.
1.
Perjudian atau maisir. Ini merupakan
kebiasaan penduduk di daerah perkotaan di Jazirah Arab, seperti Mekkah, Thaif,
Shan’a, Hijr, Yatsrib, dan Dumat al Jandal.
2.
Minum arak (khamr) dan berfoya-foya.
Meminum arak ini menjadi tradisi di kalangan saudagar, orang-orang kaya, para
pembesar, penyair, dan sastrawan di daerah perkotaan.
3.
Nikah Istibdha’, yaitu jika
istri telah suci dari haidnya, sang suami mencarikan untuknya lelaki dari
kalangan terkemuka, keturunan baik, dan berkedudukan tinggi untuk menggaulinya.
4.
Mengubur anak perempuan hidup-hidup jika
seorang suami mengetahui bahwa anak yang lahir adalah perempuan. Karena mereka
takut terkena aib karena memiliki anak perempuan.
5.
Membunuh anak-anak, jika kemiskinan dan
kelaparan mendera mereka, atau bahkan sekedar prasangka bahwa kemiskinan akan
mereka alami.
6.
Ber-tabarruj (bersolek). Para wanita
terbiasa bersolek dan keluar rumah sambil menampakkan kecantikannya, lalu
berjalan di tengah kaum lelaki dengan berlengak-lenggok, agar orang-orang
memujinya.
7.
Lelaki yang mengambil wanita sebagai gundik,
atau sebaliknya, lalu melakukan hubungan seksual secara terselubung.
8.
Prostitusi. Memasang tanda atau bendera merah
di pintu rumah seorang wanita menandakan bahwa wanita itu adalah pelacur.
9.
Fanatisme kabilah atau kaum.
10.
Berperang dan saling bermusuhan untuk merampas
dan menjarah harta benda dari kaum lainnya. Kabilah yang kuat akan menguasai
kabilah yang lemah untuk merampas harta benda mereka.
11.
Orang-orang yang merdeka lebih memilih
berdagang, menunggang kuda, berperang, bersyair, dan saling menyombongkan
keturunan dan harta. Sedang budak-budak mereka diperintah untuk bekerja yang
lebih keras dan sulit.[3]
Banyak kebiasaan yang dilakukan bangsa
jahiliyah, salah satunya adalah berepoligami,tanpa ada batasan maksimal berapa
yang dikehendaki . bahkan mereka bisa menikahi dua wanita yang bersaudara. Mereka juga bisa menikahi janda ayahnya, entah karena dicerai atau
ditinggal mati. hak perceraian ada ditangan laki-laki,tanpa ada batasanya.
Banyak
persaingan dalam masalah kehormatan dan perebutan pengaruh kekuasaan lebih
sering menyelimut peperangan antar kabilah yang sebenarnya berasal dari satu
ayah dan ibu, seperti yang kita lihat antara aus dan khazraj, abs dan dzubyan,
bakr dan taghlib serta lain-lainnya.
Secara
garis besarnya kondisi social mereka bisa dikatakan lemah dan buta, kebodohan mewarnai
segala aspek kehidupan, kurafat tidak bisa dilepaskan, manusia hidup layaknya
binatang, wanita diperjual belikan dan kadang-kadang diperlakukan layaknya
benda mati. Hubungan ditengah umat sangat rapuh dan gudang-gudang pemegang
kekuasaan dipenuhi kekuasaan yang berasal dari rakyat, atau sesekali rakyat
diperlakukan untuk menghadang serangan
musuh.
B.
KONDISI EKONOMI
Kondisi
ekonomi mengikuti kondisi social yang
bisa dilihat dari jalan kehidupan bangsa arab. Perdagangan merupakan sarana
yang paling dominan untuk memenuhi kehidupan hidup. Jalur-jalur perdagangan tidak dapat dikuasai
begitu saja kecuali jika sanggup mengendali keamanan dan perdamaian. Sementara
kondisi yang aman sementara ini tidak terwujud di jazirah arab kecuali pada
bulan-bulan suci. Pada saat itulah dibuka pasar-pasar arab yang terkenal,
seperti ukazh Dzi-majaz, majinnah dan lain-lain.[4]
Bagi
masyarakat pedalaman, yaitu masyarakat Badui, kehidupan social ekonomi mereka
biasanya dilakukan melalui sector pertanian terutama mereka yang
mendiami daerah subur di sekisar Oase. Akan tetapi bagi masyarakat Arab
perkotaan, kehidupan social ekonomi mereka sangat ditentukan oleh keahlian
mereka dalam perdagangan. Oleh Karen itu, bangsa Arab Quraisy sangat terkenal
dalam dunia perdagangan. Mereka melakukan perjalanan dagang dua musim dalam
setahun, yaitu ke Negara Syam pada musim panas dan ke Yaman pada musim dingin.
Di
kota Mekah terdapat pusat perdagangan, yaitu pasar Ukaz, yang dubuka pada
bulan-bulan tertentu, seperti Zulqo’dah, Zulhijjah dan Muharam. Disamping itu
pada bulan-bulan tersebut juga bersamaan dengan pelaksanaan ibadah haji.[5]
Tentang
perindustrian atau kerajinan mereka adalah bangsa yang paling tidak mengenalnya
kebanyakan hasil kerajinan yang ada di arab berasal dari rakyat yaman, hirah
dan pinggiran Syam. Sekalipun begitu ditengah jazirah ada pertanian dan
penggembala hewan ternak, sedangkan wanita-wanita arab menangani pemintalan.
Tetapi kekayaan-kekayaan yang dimiliki bisa mengundang pecahnya peperangan.
Kemiskinan, kelaparan dan orang-orang yang telanjang merupakan pemandangan yang
biasa ditengah masyarakat. [6]
C.
Kondisi Ilmu pengetahuan
Disamping itu, bangsa Arab sebelum islam juga telah mengembangkan
ilmu pengetahuan. Hal ini misalnya dapat dilihat dari berbagai ilmu pengetahuan
yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat Arab pada waktu itu. Di antara
ilmu pengetahuan yang mereka kembangkan adalah astronomi, yang ditemukan oleh
orang-orang Babilonia. Mereka Ini Pindah Ke Negeri Arab pada waktu Negara mereka diserang oleh bangsa Persia.
Dari mereka inilah bangsa Arab belajar banyak ilmu pengetahuan.
Selain itu bangsa arab sebelum lahirnya agama islam telah mampu
mengembangkan ilmu meteorology atau ilmu iklim, astrologi atau ilmu
perbintangan. Pada awalnya ilmu ini dipergunakan untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya suatu peristiwa, seperti perang, damai dan sebagagainya, yang
didasarkan pada bintang-bintang. Ilmu tenung yang banyak disukai masyarakat
Arab, berasal dari orang-orang Kaldam yang bermigrasi ke tanah Arab. Disamping
itu masyarakat Arab sebelum Islam juga telah memiliki pengetahuan tentang cara
pengobatan penyakit, yang disebut AL Thahib. Ilmu ini juga berasal dari
orang-orang Kaldam yang kemudian diambil dan dikembangkan oleh masyarakat Arab.[7]
D.
Kondisi Aklak
Memang
kita tidak memungkiri bahwa ditengah kehidupan orang-orang jahiliyah banyak
terdapat hal-hal hina,amoralitas dan masalah-masalah yang tidak bisa diterima
akal sehat dan tidak disukai manusia. Tapi meskipun begitu mereka masih
memiliki akhlak-akhlak yang terpuji, mengundang kekaguman manusia dan simpati.
Diantara akhlak-akhlak itu adalah
1.
Kedermawanan
Mereka saling
berlomba-lomba membanggakan diri dalam masalah kedermawanan dan kemurahan hati.
Bahkan separuh syair-syair mereka bisa dipenuhi dengan pujian dan sanjungan
terhadap kedermawanan ini. Adakalanya seseorang didatangi tamuyang kelaparan
pada saat hawa dingin menggigit tulang, sementra saat itu dia tidak memiliki
kekayaan apapun selain seekor onta yang menjadi penopang hidupnya. Namun rasa
kedermawanan bisa menggetarkan dirinya, lalu diapun bangkit menghampiri onta
satu-satunya dan menyembelihnya, agar dia bisa menjamu tamunya. Pengaruh dari kedermawanan ini, mereka bisa
menanggung pembayaran denda yang jumlahnya sangat tinggi dan membuat pujian dan
membanggakan diri dihadapan orang lain dalam masalah ini, terutama dari
kalangan para penguasa dan pemimpin.
2.
Memenuhi Janji
Dimata mereka,
janji sama dengan hutang yang harus dibayar. Bahkan mereka lebih suka membunuh
anaknya sendidri dan membakar rumahnya dari pada meremehkan janji. Kisah tentang Hani’ bin Mas’ud Asy-Ayaibany,
As-Samau’al bin Aditiya dan Hajib bin Zararah udah cukup membuktikan hal ini.
3.
Kemuliaan jiwa dan keengganan menerima kehinaan dan kelaliman
Akibatnya,
mereka bersikap berlebih-lebihan dalam masalah keberainan, sangat pecemburu dan
cepat naik darah. Mereka tidak mau mendengar kata-kata menggambarkan kehinaan dan suatu keluhuran yang disitu adkemosrotan. Melainkan
mereka bangkit menghunus pedang, lalu pecah peperangan yang berkepanjangan.
Mereka tidak lagi mempedulikan kematian bisa menimpa diri sendiri karena hal
itu.
4.
Pantang Mundur
Jika mereka
sudah menginginkan sesuatu yang disitu ada keluhuran dan kemuliaan, maka tidak
ada sesuatupun yang bisa menghadang maupun mengalihkannya.
5.
Kelemahlembutan dan suka menolong orang lain
Mereka biasa
membuat sanjungan tentang hal ini. Hanya saja sifat ini kurang tampak karena
mereka berlebih-lebihan dalam masalah keberanian dan mudah terseret terhadap
peperangan.
6.
Kesederhanaan pola kehidupan badui
Mereka tidak mau dilumuri warna-warni peradaban dan gemerlapnya.
Hasilnya adalah kejujuran, dapat dipercaya, meninggalkan dusta dan
penghianatan.[8]
E.
Kondisi Bahasa dan Seni Sastra
Sekalipun wilayahnya luas, berhauhan wilayahnya dan beragam suku-sukunya,
bahasa tetap satu. Alat untuk saling memahami dan mempertemukan penduduk
jazirah ini, baik yang menetap maupun yang nomaden, baik yang yang Qathaniyah
maupun yang ‘Adnaniyah, adalah bahasa Arab dalam berbagai dialek dan
wilayahnya, yang dituntut oleh watak dan filsafat bahasanya, dan dituntut oleh
ciri local dan cuaca, ciri penyebaran dan perkumpulannya.[9]
Dalam bidang
bahasa dan seni sastra, orang-orang Arab pada masa pra islam sangat maju.
Bahasa mereka sangat indah dan kaya. Syair-syair mereka sangat banyak. Dalam
lingkungan mereka seorang penyair sangat dihormati. Tiap tahun di pasar Ukaz
diadakan deklamasi sajak yang sangat luas.
Khitabah sangat maju, dan inilah satu-satunya alat publisistik yang
amat luas lapangannya. Disamping sebagai penyair, orang-orang arab jahiliyah
juga sangat faasih berpidato dengan bahasa yang indah dan bersemangat. Ahli
pidato mendapat derajat tinggi seperti penyair.
Salah satu
kelaziman dalam masyarakat arab jahiliyah adalah mengadakan majelis atau nadwah
sebagai sarana untuk mendeklamasikan sajak, bertanding pidato, tukar menukar
berita dan lain sebagainya.[10]
F.
Kondis Agama
Sebagaimana
telah kita ketahui bahwa dalam cerita para nabi, sudah ada beberapa nabi yang diturunkan di negeri
Arab, diantaranya Nabi Ibrahim as. Karena itu sejka awal, ajaran tauhid sudah
tertanam di masyarakat Arab. Dan ajaran Ibrahim as lazim juga disebut ajaran
agama hanif artinya yang benar dan lurus.
Tetapi setelah berjalan berpuluh-puluh abad, diantaranya Nabi
Ibrahim as, ajaran tersebut mengalami perubahan, diputarbalikkan, ditambah dan
dikurangi oleh para pengikutnya yang tidak bertanggung jawab yang kemudian yang
kemudian mencul berbagai ajaran dan meragukan dan akhirnya jatuh menjadi agama
berhala. Pada masa jahiliyah orang Arab banyak yang menyembah berhala atau
patung-patung yang mereka buat dari batu, kayu da nada juga dari logam.
Bangsa Arab mulai menyembah berhala ketika ka’bah berada di bawah
kekuasaan Juhrum. Pasukan yang dipimpin oleh Amr bin Lubayi dan keturunan
Khuza’ah datang ke mekkah dan berhasil mengalahkan jurhum. Kemudin Amr bin
Lubayi meletakkan sebuah berhala besar bernama HUBAL yang terbuat dari
batu akik merah berbentuk patung orang, yang ditempatkan disisi Ka’bah.
Kemudian ia menyeru kepada penduduk Hijaz supaya menyembah berhala itu.
Sejak itulah bangsa Arab menyembah berhala. Ketika bangsa Quraisy
berkuasa lagi di Hijaz, di sekeliling
Ka’bah sudah penuh dengan berhala yang berjumlah lebih dari 360 buah. Di
samping banyak lagi berhala lainnya, diantaranya yang penting yaitu:
1.
Lata,
tempatnya di Thaif
2.
Uzza,
tempatnya di Hijaz, kedudukannya sesudah Hubal
3.
Manah, tempatnya di kota Madinah
Dan masih banyak lagi
berhala-berhala yang lainnya seperti: Asaf, Nailah, Wudd, Yaghuts, Suwa, Ya’ng,
Nashr, Manah. Berhala-berhala ini bagi bangsa arab merupakan perantara kepada
Tuhan. Sehingga hakikatnya bukanlah berhala-berhala itu yang mereka sembah.
Bangsa Arab juga menganggap bahwa
malaikatlah yang menghidupkan, mematikan, dan menguasai segala gerak kehidupan
manusia, bahkan ada yang percaya bahwa malaikat adalah keturunan Tuhan, karena
itulah mereka menyembah malaikat, mereka juga menganggap bahwa jin, roh, dan
hantu adalah katurunan langsung dari malaikat dan Tuhan. Karena itu mereka
mengadakan sesaji pada tempat-tempat yang dianggap tempat jin, ruh, dan hantu.
Dan di sanalah orang-orang menyembahnya. Kecuali itu ada juga yang menyembah
setan atau yang disebut ifrid.
Mereka menyembah bintang, bulan,
matahari, karena mereka menganggap bahwa semua benda-benda alam tersebut
mempunyai kekuasaan untuk menentukan aturan-aturan jalannya seluruh alam ini.
Pada masa sebelum islam, orang-orang
arab banyak percaya pada tahayul, diantaranya tahayul mereka itu ialah:
1.
Di
dalam setiap perut orang ada ular, perasaan lapar timbul karena ular menggigit
usus manusia.
2.
Mereka
biasa mengenakan cincin dari tembaga atau besi, dengan keyakinan untuk menambah
kekuatan.
3.
Bila
mengharap turun hujan, mereka mengikat rumput kering pada ekor kambing.[11]
G.
Asal Mula bangsa Arab
Adapun beberapa suku yang tinggal di jazirah
arab,[6] yaitu :
1. Arab Ba’idah
Yaitu
bangsa arab yang telah musnah yaitu, orang-orang arab yang telah lenyap
jejaknya. Jejak mereka tidak dapat diketahui kecuali hanya terdapat dalam
catatan kitab-kitab suci. Arab Ba'idah ini termaksud suku bangsa arab yang dulu
pernah mendiami Mesopotamia akan tetapi, karena serangan raja namrud dan kaum
yang berkuasa di Babylonia, sampai Mesopotamia selatan pada tahun 2000 SM suku
bangsa ini berpencar dan berpisah ke berbagai daerah, di antara kabilah mereka
yang termaksud adalah: 'Aad, Tsamud, Ghasan, Jad.
2. Arab Aribah
Yaitu cikal bakal dari rumpun bangsa Arab yang
ada sekarang ini. Mereka berasal dari keturunan Qhattan yang menetap di tepian
sungai Eufrat kemudian pindah ke Yaman. Suku bangsa arab yang terkenal adalah:
Kahlan dan Himyar. Kerajaan yang terkenal adalah kerajaan Saba' yang berdiri
abad ke-8 SM dan kerajaan Himyar berdiri abad ke-2 SM.
3. Arab Musta'ribah
Yaitu
menjadi arab atau peranakan disebut demikian karena waktu Jurhum dari suku
bangsa Qathan mendiami Mekkah, mereka tinggal bersama nabi Ismail dan ibunya
Siti Hajar. Nabi Ismail yang bukan keturunan Arab, mengawini wanita suku
Jurhum. Arab Musta'ribah sering juga disebut Bani Ismail bin Ibrahim ismail
(Adnaniyyun).[7]
Bangsa Arab mempunyai akar panjang dalam
sejarah, mereka termasuk ras atau rumpun bangsa Caucasoid, dalam Subras
Mediteranian yang anggotanya meliputi wilayah sekitar Laut Tengah, Afrika
Utara, Armenia, Arabiyah dan Irania. Bangsa arab hidup berpindah-pindah, nomad,
karena tanahnya terdiri atas gurun pasir yang kering dan sangat sedikit turun
hujan. Perpindahan mereka dari satu tempat ke tempat yang lainnya mengikuti
tumbuhnya stepa (padang rumput) yang tumbuh secara sporadic di tanah arab di
sekitar oasis atau genangan air setelah turun hujan. Bila dilihat dari
asal-usul keturunan, penduduk jazirah arab dapat dibagi menjadi dua golongan
besar, yaitu: Qathaniyun (keturunan Qathan) dan ‘Adaniyun (keturuan Ismail ibnu
Ibrahim as)[12]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Bangsa Arab sebelum datangnya islam mempunyai kebudayaan yang baik
dan buruk yang telah ada ketika bangsa arab mengalami masa kegelapan.
2.
Kebudayaan yang buruk terutama dalam segi Akhlak dan agama, mereke
menyembah berhala, sering melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah
diantaranya minum-minuman keras, berjudi, membunuh anak perempuan yang baru
lahir, merendahkan harkat martabat wanita. Membunuh anak-anak, jika kemiskinan dan
kelaparan mendera mereka, atau bahkan sekedar prasangka bahwa kemiskinan akan
mereka alami. Ber-tabarruj
(bersolek). Para wanita terbiasa bersolek dan keluar rumah sambil
menampakkan kecantikannya, lalu berjalan di tengah kaum lelaki dengan
berlengak-lenggok, agar orang-orang memujinya. Lelaki yang mengambil wanita sebagai gundik,
atau sebaliknya, lalu melakukan hubungan seksual secara terselubung. Prostitusi. Memasang tanda atau bendera merah
di pintu rumah seorang wanita menandakan bahwa wanita itu adalah pelacur. Fanatisme kabilah atau kaum dan masih banyak lagi.
3.
Tapi dari semua
keburukan tersebut masih ada hal yang baik dari bangsa Arab pada saat itu
diantaranya: juga berkembangasa ilmu pengetahuan dalam bidang astronomi atau
perbintangan, dalam bidang dagang, dan adanya kebiasaan masyarakat yang melekat
yaitu rasa solidaritas diantara sesame klan atau suku, dermawan, pantang mundur
jika menhadapi sesuatu dan lai-lain.
Daftar pustaka
Hasan, Abul. 2008. Sejarah
Lengkap Nabi Muhammad SAW. Yogyakarta: Mardhiyah Press.
Musyawarah guru PAI. 2008. Modul
Hikmah Membina Kreatifitas dan Prestasi. Akik Pustaka
Syaikh Shafiyyurahman. 2007. Sirah
Nabawiyah. Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR
Yatim, Badri. 2000. Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Imron Fauzi. Sumber: www.mahluktermulia.wordpress.com.
[1] Yatim,
Badri. 2000. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hlm 11
[2] Syaikh
Shafiyyurahman. 2007. Sirah Nabawiyah. Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR.hlm
59-60
[3] Imron
Fauzi. Sumber: www.mahluktermulia.wordpress.com
[4] Syaikh
Shafiyyurahman. 2007. … hlm.62
[5]
Musyawarah guru PAI. 2008. … hlm 4-5
[6]
Syaikh Shafiyyurahman. 2007…. Hlm 62
[7] Musyawarah
guru PAI. 2008. … hlm 4
[8] Syaikh
Shafiyyurahman. 2007…. Hlm 63-64
[9]
Abul Hasan. 2008. Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW. Yogyakarta:
Mardhiyah Press. Hlm 59
[10]
Musyawarah guru PAI. 2008. … hlm 5
[11]Musyawarah
guru PAI. 2008. … hlm 4-5
[12]
http://www.taqrib.info/indonesia/ sejarah..
0 komentar:
Posting Komentar