Pages

Sabtu, 30 Maret 2013

DINASTI BANI UMAYYAH “SENI DAN KEBUDAYAAN”



MAKALAH
DINASTI BANI UMAYYAH
“SENI DAN KEBUDAYAAN”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“ Sejarah Kebudayaan Islam “
Dosen Pengampu :

Oleh : Kelompok 6
1.     Achmad Malabih        (3217103002)
2.     Emrina Amalia            (3217103022)
3.     Devi Lutviana              (3217103019)
           

KATA PENGANTAR


            Bismillahirahmanirrahim,
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas nikmat yang telah diberikan sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah Sejarah Kebudayaan Islam ini tepat pada waktunya.
            Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang terlibat khususnya  Dosen pembimbing kami Bpk. H. Muh. Khoirul Rifa’I M.Pd.I dan tidak lupa juga teman-teman yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
            Kami menyadari mungkin makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka kritik dan saran sangat kami harapkan untuk penyusunan makalah kami berikutnya .
            Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua terutama bagi para mahasiswa STAIN Tulungagung.




       Tulungagung,6 November 2012


Penyusun








DAFTAR ISI

COVER ………………………………………………………………….   
KATA PENGANTAR………………………………………………….     i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………    ii
BAB I  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ……………………………………………….    1         
B.     Rumusan Masalah…………………………………………….    2
C.     Tujuan ………………………………………………………..    2

BAB II  PEMBAHASAN
A.    Seni Bahasa ………………………………………………….    3
B.     Seni Rupa…………………………..………………………...     4
C.     Seni Suara …...…………………………................................     6
D.    Seni Bangunan …….………………………………………...     6
E.     Seni Musik…………………………………………………...     7
F.      Seni Kerajinan..........................................................................      9
G.    Seni Lukis...............................................................................       9

BAB  III PENUTUP
Kesimpulan ………………….……………………………………   11

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 12
LAMPIRAN...............................................................................................   13


 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dinasti Umayyah didirikan pada 40-H/660-M dengan di nobatkannya Mu’awiyah sebagai khalifah di ‘Iiiya’ (yerusalem) selama berdirinya dinasti umayyah dan di pegangnya sistem pemerintahan ditangan di tangan bani Umayyah maka segi geografispun dirubah. Bagai mana saat itu pusat pemerintahan di pindah ke Suriah, Damaskus sebagai ibu kota kerajaan islam. Disitulah berbagai macam perubahan pun terjadi, baik dari segi politik , keilmuan, kemiliteran,  bidabg sosial dan bidang seni, arsitektur.
Hal tersebut merupakan sebuah gerakan baru yang di lakukan olaeh dinasti Umayyah pada saat memegang kursi kepemerintahan islam mmasa itu. Dengan tujuan untuk memperluas ataupun berjauang  diatas bendera islam begitu banyak negara-negara yang berhasil ditahlukkan. Tp kami di sini menulis makalah ini tidaklah membahas akan gejolak politik ataupun model-model perkembangan ajaran islam, melainkan disini kami ingin memaparkan akan peninggalan-peninggaln seni dan budaya serta model pembangunan dimasa dinasti Umayyah. Karna kami melihat bahwa suatu kerajaan terlihat besar bukan karna kekuatan militer atau pun setrategi berpolitik yang baik, melainkan kerajaan yang besar adalah kerajaan yang mampu memberi peninggalan pada anak cucunya berupa sesuatu yang bersifat dapat di pelajari dan di ambil manfaat dalm kehidupan,
Jadi hal tersebut akhirnya penulis mencoba untuk memaparkan serta memberi informasi kepada pembaca akan pentingnya kita belajar tentang peninggalan kerajaan-kerajaan islam khususnya pada masa dinasti bani umayah yang begitu memberi angin segar terhadap perkembangan islam smpai saat ini.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana perkembangan seni bahasa pada saat dinasti Umayyah?
b. Bagaimana perkembangan senirupa pada saat dinasti Umayyah?
c. Bagaimana perkembangan seni suara pada saat dinasti Umayyah?
d. Bangunan apa saja yang telah ditinggalkan oleh bani Umayyah yang
    berupa arsitektur?
e. Bagaimana perkembangan seni musik pada saat dinasti Umayyah?
C. Tujuan
a. Menjelaskan perkembangan seni bahasa pada masa dinasti Umayyah
b. Menjelaskan perkembangan senirupa yang di capai semasa dinasti  
    Umayyah.
c. Menjelaskan perkembangan seni suara pada massa dinasti Umayyah.
d. Menjelaskan dan memberi gambaran akan peninggaln-peninggalan
    dinasti Umayyah.
e. Menjelaskan perkembangan seni musik pada massa dinasti Umayyah.







BAB II
PEMBAHASAN
Pada masa Dinasti Ummayah ini, kebudayaan mengalami perkembangan bila dibandingkan dengan perkembangan yang ada pada masa sebelumnya, yakni pada masa khulafaur Rasyidin. Demikian pula perkembangan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan dengan baik. Diantara kebudayaan islam yang mengalami perkembangan pada masa ini adalah seni sastra, seni rupa, seni suara, seni bangunan, dan sebagainya. Pada masa ini telah banyak bangunan hasil rekayasa umat islam dengan mengambil pola romawi, persia dan arab. Salah satu dari bangunan itu adalah Masjid Damaskus yang dibangun pada masa pemerintahan Walid Bin Abdul Malik dengan hiasan dinding dan ukiran yang sangat indah. Contoh lain adalah bangunan masjid di Cordova yang terbuat dari batu pualam. [1]
Pada masa daulah Bani Umayyah perkembangan kebudayaan mengalami kemajuan dan juga bidang seni, terutama seni bahasa, seni suara, seni rupa,  seni bangunan (arsitektur) dan seni musik.
A.    Seni bahasa
Kemajuan seni bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan bahasa. Sedangkan kemajuan bahasa mengikuti kemajuan bangsa. Pada masa daulah Bani Umanyyah kaum muslimin sudah mencapai kemajuan dalam berbagai bidang, yaitu bibag politik, bidang ekonomi, bidang sosial, dan bidang ilmu pengetahuan. Dengan sendirinya kosa kata bahasa menjadi bertambah dengan kata-kata dan istilah-istilazh baru yang tidak terdapat pada zaman sebelumnya. Kota Barsah dan Kufah pada zaman itu nerupakan pusat perkembangan ilmu dan sastra (adab). Di kedua kota itu orang-orang Arab muslim bertukar pikiran dalam diskusi -diskusi ilmiah dengan orang-orang dari bangsa yang telah mengalami kemajuan terlebih dahulu. Di kota itu pila banyak kaum muslimin yang aktif menyusun dan menuangkan karya mereka dalam berbagai bidang ilmu. Maka dengan demikian berkembanglah ilmu tata bahasa (ilmu nahwu dan ilmu shorof) dan ilmu balaghah, serta banyak pula lahir penyair-penyair terkenal.[2]
Perkembangan bahasa dan sastra
Pada masa pemerintahan Abdul Malik Bin Marwan, bahasa Arab digunakan sebagai administrasi negara. Dengan penggunaan bahasa Arab yang makin luas, dibutuhkan suatu panduan bahasa yang dapat dipergunakan oleh semua golongan . hal itu mendorong lahirnya seorang ahli bahasa yang bernama Syibawaih. Mengarang sebuah buku yang berisi pokok-pokok kaidah bahasa Arab yang berjudul Al-Kitab. Buku tersebut bahkan termansyur hingga saay ini.
Bidang kesusastraan juga mengalami kemajuan. Hal itu ditandai dengan munculnya sastrawan-sastrawan berikut yaitu:
a.       Qays Bin Mullawah menyusun buku Laila majnun wafat tahun 699 M.
b.      Jamil Al-Uzri wafat tahun 701 M
c.       Al-Akhtal wafat tahun 710 M
d.      Umar Bin Abi Rubi’ah wafat tahun 719 M
e.       Al-Farazdaq wafat tahun 732 M
f.       Ibnu Al-Muqoffa wafat tahun 756 M
g.      Ibnu Jarir wafat tahun 792 M[3]
B.     Seni rupa
Seni rupa yang berkembang pada zaman daulah Bani Umayyah hanyalah seni ukir,seni pahat, sama halnya denagn zaman permulaan, seni ukir yang berkrmbang pesat, pada zaman itu ialah penggunaan khat arab (kaligrafi) sebagai motif ukiran. Yang terkenal dan maju ialah, seni ukir di dinding tembok. Banyak Al-Qur’an, hadist nabi dan rengkuman syair yang dipahan dan di ukir pada tembok dinding bangunan masjid, istana, gudung-gedung.[4]
Kebanyakan teolog islam menyatakan bahwa melukiskan manusia dan hewan merupakan hak prerogatif  Tuhan, dan menganggap orang yang melanggar batasan itu sebagai penghina agama. Penentangan terhadap senirupa ini, sebagai konsekuesi monoteisme ketat dalam Alquran, dan larangan untuk menyembah berhala, didasarkan atas larangan langsung dalam sebuah hadist yang akan mendapat siksa paling keras pada hari pembalasan adalah para pelukis. Istilah yang digunakan, mushawwirun (pelukis), juga mencakup para pembuat patung. Karenanya, tidak ada satu pun gambar manusia yang ditemukan dalam masjid, tapi dalam beberapa kesempatan kita bisa menemukannya di dalam istana dan sejumlah karya tulis. Hampir semua motif  hiasan dalam kesenian islam menggunakan motif-motif tanaman atau garis-garis geometris. Prestasi yang dicapai pada abad-abad berikutnya dalam bidang ini ditunjukkan dengan munculnya “arabisque” yang dalam bahasa Eropa, merujuk pada jenis dekorasi tertentun dari Arab. Namun, orang Arab sendiri tidak memiliki cita rasa seni lukis atau patung, seperti yang terlihat jelas pada peninggalan mereka di Semenanjung Arab, dan beberapa gambaran yang terdapat di tempat-tempat suci mereka. Apa yang kita sebut sebagai senirupa islam adalah unsur gabungan dari berbagai sumber, motif, dan gaya, yang kebanyakan merupakan hasil kejeniusan artistik masyarakat takklukkan, yang berkembang di bawah kekuasan Islam, dan disesuaikan dengan tuntutan agama islam.
Gambaran paling awal senirupa Islam adalah lukisan di Qushayr Amrah, yang menampilkan karya para pelukis kristen. Pada dinding-dinding tempat peristirahatan dan pemandian al- Walid 1 di Transyordania terdapat gambar enem raja. Ganbar-gambar simbolis lainnya melukiskan kemenangan, filsafat, sejarah dan puisi. Gambar tentang aktifitas berburu melukiskan seekor singa yang menerkam seekor keledai liar. Sejumlah lukisan telanjang menggambarkan seorang penari, musisi, dan pelawak. Hiasan tersebut terdiri atas bentuk lipatan kain, dedaunan yang keluar dari pot-pot bunga, tanaman menjalar, pohon kurma , dan buah kurma dengan setandan buah, pohon rindang, dan burung padang pasir. Tulisannya kebanyakan dalam bahasa Arab dan beberapa yang lain berbahasa Yunani.[5]
C.    Seni Suara
Perkembangan seni suara pada zaman pemerintahan daulat bani umayyah yang terpenting ialah Qira’atul Qur’an, Qasidah, musik dan lagu-lagu lainya yang bertema cinta kasih. [6]
D.    Seni Bangunan ( Arsitektur)
Pada masa pemerintahan daulat bani umayyah masih berpusat pada seni bangunan sipil, seperti bangunan kota damaskus, kota dairuwan. Kota Al-Azahra, adapun seni bangunan agama antara lain bangunan masjid damaskus dan masjid kairuwan, begitu juga seni bangunan yang terdapat pada benteng-benteng pertahanan masa itu. Adapun kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan perkembangnya dilakukan dengan jalan memberikan dorongan/motivasi dari para khalifah. Para khalifah selaku memberikan hadiah-hadiah cukup besar bagi para ul,ama, ilmuan serta para seniman yang berprestasi dalam bidang ilmu pengetahuan disediakan anggaran oleh negara, itulah sebabnya ilmu pengetahuan berkembang dengan pastinya.
Pusat penyebaran ilmu pengetahuan pada masa itu terdapat masjid-masjid. Di masjid-masjid itulah terdapat kelompok belajar dengan masing-masing gurunya yang mengajar ilmu pengetahuan agama yang berkembang pada saat itu antara lain ialah ilmu qira’at, tafsir, hadist fiqih, nahwu, balaghah. Ilmu tafsir pada masa itu belum mengalami perkembangan pesat sebagaimana yang terjadi pada masa pemerintahan daulah Bani Abasiyah, tafsir berkembang dari lisan ke lisan sampai akhirnya tertulis. Ahli tafsir yang pertama pada masa itu ialah Ibnu abbas, salah seorang sahabat Nabi yang sekaligus juga paman Nabi yang terkenal. Untuk perkembangan ilmu Hadist sendiri terjadi setelah ditemuklan banyak penyimpanan dan penyelewengan dalam meriwayatkan hadist atau setelah diketahui banyaknya hadist palsu yang dibuat oleh kelompok tertentu untuk kepentingan politik. Karena itulah dirasakan adanya keperluan untuk menyusun buku hadist. Diantara para ahli hadist (muhaddist) yang terkenal masa itu ialah Muhammad bin syihab a-suhri, beliau pula yng mula-mula menyusun ilmu hadist dan mula-mula membukukan perkataan, perbuatan, ketatapan ataupun sifat-sifat nabi  saw yang disebut dengan hadist itu.
E.     Seni Musik
Ofesional jahiliyah adalah perempuan. Mengenai perkembangan lagu dan nyanyian, bisa dikatakan bahwa pada masa pra islam, orang Arab memiliki beberapa jenis lagu kemenangan, perang, keagamaan, dan cinta. Orang Arab Selatan juga memiliki jenis lagu dan instrumen musik tersendiri, yang belum banyak kita ketahui, tapi kita masih ragu apakah fenomena itu turut  membentuk sebagian khazanah musik Arab Utara, dan orang Arab islam atau tidak. Masyarakat pra-Islam di Hijaz menggunakan tambur segi empat, seruling, dan suling rumput atau ubu gambus dari kulit.
Pada masa Nabi, pengaruh musik asing mulai terlihat. Para putra mahkota Gassan menyanyikan lagu chorus dengan para biduanita Yunani. Sebelumnnya, orang lakhmi di Hirah juga telah menggunakan gambus dari kayu, yang kemudian ditiru oleh orang Hijaz.kebanyakan penyanyi perempuan, dan Aghani, yang merupakan buku kumpulan lagu, menyebutkan beberapa diantaranya. Beberapa elegi yang meratapi pahlawan terkenal, Shakhr, yang dibuat oleh saudara perempuannya, al-Khansa, yang semasa dengan Nabi dan dianggap sebagai penyair perempuan terbesar Arab, merupakan sebuah nyanyian. Kebanyakan penyair pra-Islam melantunkan gubahannya menjadi lagu.
Kecaman Muhammad terhadap para penyair, muncul tidak hanya karena mereka penyair, tapi karene mereka menjadi corong para penyembah berhala. Nabi mendiskreditkan musik, juga karena musik diasosiasikan dengan ritual ibadah kaum pagan.
Pada perkembangan berikutnya, setelah Nabi wafat, muncul apresiasi masyarakat terhadap musik dalam islam. Fenomena itu segera mengubah kecenderungan masyarakat Hijaz tentang musik ke arah norma-norma estetika, terutama di bawah kekuasaan Ustman, khalifah pertama yang memiliki selera kemewahan dan penampilan. Paduan indah antara suara dan alat musik mulai dipelajari. Kemudian pemusik laki-laki profesional muncul untuk pertama kalinya dengan julukan  Mukhannatsun orang yang bersikap feminim.
Thuways merupakan salah satu tokoh yang memperkenalkan ritme ke dalam musik Arab, dan menjadi orang pertama yang menyanyi dalam bahasa Arab sambil diiringi oleh tambur. Generasi pertama biduan islam, yang dipelopori oleh Thuways,terdiri atas orang-orang permisif . Thuways memiliki banyak murid, yang paling terkenal diantaranya adalah Ibn Surayj yang dipandang sebagai salah satu dari empat  penyanyi terbesar islam.
Sa’id, musisi pertama Mekah dan mungkin yang terbesar pada masa Dinasti Umayyah, telah melakukan perjalanan ke Suriah dan Persia, dan menjadi orang pertama yang menerjemahkan lagu-lagu Bizantium dan persia ke bahasa Arab. Ia juga merupakan orang pertama yang menyusun secara sistematis teori dan praktik musik Arab pada masa-masa klasik. Muridnya yang lain adalah al-Gharid, dua orang lainnya adalah Ibn Muhriz seorang keturunan persia, dan Ma’bad , orang madinah keturunan negro yang merupakan biduan favorit keluarga al-Walid I, Yazid II, dan al-Walid II. Sebelum tinggal di ibukota, Ma’bad menjadi penyanyi keliling di Arab. Diantara biduanita Jamilah, seorang perempuan merdeka dari Madinah, merupakan ratu para biduanita generasi partama. Kediamannya menjadi pusat daya tarik bagi para musisi dan penyanyi Mekah, juga Madinah yang kebanyakan menjadi murid-muridnya.peristiwa yang sangat mengesankan selama karir Jamilah adalah ketika ia pergi haji ke Mekah memimpin barisan penyanyi dan penulis lagu, penyair dan pemusik, fans, dan sahabat, yang semuanya mengenakan busana unik sambil menunggang kuda yang dihias.
Konser-konser dan pementasan musik glamor yang diadakan di rumah-rumah istri para bangsa bangsawan telah menarik banyak peminat seni. Pada saat seni, gambus kayu yang diperkenalkan dari Persia melalui Hirah, sebagian telah digantikan oleh gambus kulit. Alat petik lain yang paling disenangi adalah mi’zafah, harpa. Alat musik tiup terdiri atas seluring, suling rumput, dan terompet besar. Alat musik pukul terdiri dari tambur segi empat, yang terutama disenangi  oleh perempuan, drum.
Dengan demikian, pada masa Dinasti umayyah, mekah, lebih kusus lagi Madinah, merupakan tempat yang kondusif  bagi perkembangan lagu dan musik. Kedua kota itu memunculkan generasi-generasi biduan baru yang terus meningkat, dan menerukan karier mereka di ibukota kerajaan, damaskus. Upaya-upaya protes yang dilakukan para ulama tidak membutuhkan hasil. Kalangan konservasif dan para ulama berkali-kali mengemukakan keberatan mereka, menganalogikan musik dan lagu dengan minum arak dan bertaruh yang merupakan kesenangan yang terlarang[7]
F.     Seni kerajinan
Bidang ini yang menonjol adalah jasa Koholifah Abdul Malik, yaitu pembuatan Tiraz (semacam kerajinan bordir) terutama cap resmi yang dietak pada pakaian Khalifah dan para pembesar kerajaan
G.    Seni Lukis
             Bidang ini dikebangkan pada masa Khalifah Walid 1, yaitu kaligrafi untuk masjid-masjid, dan lukisan-lukisan berupa gambar-gambar binatang dalam gaya hellenisme untuk bangunan-bangunan selain masjid.[8]




Tradisi Literer pada Priode Umayyah
Ada beberapa aspek yang yang menjadi petunjuk terhadap perkembangan kebudayaan literer secara umum pada  priode ini, diantaranya pidato, korespondensi dan puisi. Ketiga apek tersebut merupakan bagian dari jenis sastra yang berkembang pada masa itu. Sementara itu satra arab terbagi menjadi dua yaitu prosa(natsr) dan puisi (syi’r). Pidato di depan publik, dalm berbagai bentuknya telah mencapai puncaknya pada masa dinasti umayyah. Banyak para khatib memakai pidato dalm bentuk khatbah jum’at,  seorang jendral memakainya untuk membangkitkan semangat dan gubernur memakainya untuk menanamkan rasa patriotisma pada rakyat. Pada masa saat belum mengenal propaganda khidus, maka pidato menjadi sarana untuk menyebarkan gagasan, dan untuk membangkitkan emosi.
Sementara itu kemajuan intelektual sangatlah penting dalam hal pengembangan puisi, kita tahu bagaimana seorang Abd al-Hamit yang menjadi sekertaris khalifah umayyah adalah orang yang mengenalkan gaya tulisan yang bersayap dan panjang, di sertai ungkapan kontoversional dan santun, disinilah mulai tertanamnya tulisan-tulisan baru yang berbetuk puisi. Dan gaya tulisan itupun mempengaruhi model tulisan-tulisan sesudahnya. Kalau dilihat dari kenyataannya, fakta bahwa kelahiran islam tidak mendukung aktivitas penyairan, dengan dibuktikan tidak adanya perubahan-perubahan syair yang ditunjukkan ketika orang-orang islam mempunyai kesempatan untuk menahlukan dan memperluas wilayah. Sehingga karakter orang-orang arap yang sangat gemar dalam membuat sya’ir pun tidak kelihatan.[9]




BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Kita tahu bahwa dalam pemerintahan bani umayyah tidak melupakan akan budaya dan seni-seni arsitektur sehingga kejayaan bani umayah pun bisa terlihat, meski dalam mengembangkan sya’ir tidak begitu melesat seperti perkembangan seni bahasa dan seni ukir. Maka dari sinilah kita bisa tahu kalau bani umayah memberikan andil besar dalam perkembangan seni-seni islam di Arab. Dengan dibuktikannya begitu banyak bangunan-bangunan besar yang ditinggalkan.
Dalam daulah Bani Umayyah perkembangan kebudayaan mengalami kemajuan dan juga bidang seni, terutama pada seni bahasa, seni suara, seni rupa, seni bangunan (arsitektur) seni kerajinan, seni lukis, dan seni musik.











DAFTAR PUSTAKA
Hitti, Philip. 2000. History of the arabs. Jakarta: Serambi Ilmu
Http//sejarah kebudayaan islam.com/2011/10, diakses 08 Januari 2013
                        Jamil, Ahmad. Sejarah Kebudayaan Islam.Gresik: Putra Kembar Jaya
Kumaidi .  sejarah kebudayaan islam. akik pusaka
Sejarah- islam blogspot.com/2010/10, pengetahuan islam kita, diakses 22 Oktober 2012
                                                                                  















LAMPIRAN

1.      Bertanya
a.      Abu Zaini
1.      Tolong anda jelaskan mengenai penjelasan dari makalah anda, ”kecaman Muhammad terhadap para penyair, muncul tidak hanya karena mereka penyair, tapi karena mereka menjadi corong para penyembah berhala. Nabi mendiskreditkan musik, juga karena musik diasosiasikan dengan ritual ibadah kaum pagan”!
2.      Dan apakah yang dimaksud dengan kaum pagan?
b.      Emi Sulistyoningsih
1.       Tolong jelaskan mengenai penjelasan dari makalah anda, ”kebanyakan teolog islam menyatakan bahwa melukiskan manusia dan hewan merupakan manusia dan hewan merupakan hak prerogatif Tuhan, dan menganggap orang yang melanggar batasan itu sebagai penghina agama!
c.        Diah titah Suko Palupi
1.      Tolong anda jelaskan, hikmah dari mempelajari kebudayaan dan seni pada daulah Bani Umayyah!
d.      Faridatul Hasanah
1.      Tolong anda  jelasakan apa yang dimaksud dengan orang-orang permisif?  
 



2.      Menambah
a.      Fuaddilah Ali Sofyan
1.      Fuadillah ali sofyan menanmbahkan dari jawaban yang  kami berikan kepada penanya mengenai kaum pagan dan orang-orang permisif,  terkait tentang pertanyaan dari abu zaini dan faridatul hasanah.
b.      Ahmad Nur Sobah
1.      Ahmad nur sobah menambahkan dari jawaban yang kami berikan kepada penanya mengenai kecaman Muhammad kepada para penyair,  terkait tentang pertanyaan dari abu zaini.
c.       Andrik Purniawan
1.      Andrik purniawan menambahkan dari jawaban yang kami berikn kepada penanya mengenai kebanyakan teolog islam menyatakan bahwa melukiskan manusia dan hewan merupakan manusia dan hewan merupakan hak prerogatif Tuhan,terkain tentang pertanyaan dari emi sulistioningsih

Catatan :
Pada dasarnya dalam pembuatan makalah ini semua kelompok ikut  mengerjakan,tanpa terkecuali. Tetapi pada waktu presentasi dan revisi makalah ini ada salah satu dari kelompok ini yang tidak ikut mengerjakan yaitu Ahmad Malabih.



[1] Kumaidi dkk, sejarah kebudayaan islam, (akik pusaka), hal 32
                                                                  
[2] Sejarah- islam blogspot.com/2010/10, pengetahuan islam kita, senin 22 oktober 2012, 20.00
[3] Ahmad jamil dkk, sejarah kebudayaan islam, (gresik:CV.Putra kembar jaya, 2008), hal 38
[4] Sejarah- islam blogspot.com/2010/10, pengetahuan islam kita, senin 22 oktober 2012, 20.00
[5] Philip k. Hitti, History of the arabs, (jakarta:PT.Seranbi ilmu semseta, 2000), hal 337
[6] Sejarah- islam blogspot.com/2010/10, pengetahuan islam kita, senin 22 oktober 2012, 20.00
[7] Philip k. Hitti, History of the arabs, (jakarta:PT.Seranbi ilmu semseta, 2000), hal 344
[8] http//sejarah kebudayaan islam.com/2010/10, diakses 08 Januari 2013, 19.00
[9] Philip k. Hitti, History of the arabs, (jakarta:PT.Seranbi ilmu semseta, 2000), hal 350


1 komentar:

Listia Rahma mengatakan...

Izin copas untuk belajar

Posting Komentar