MAKALAH
DINASTI BANI UMAYYAH
“SENI DAN KEBUDAYAAN”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“ Sejarah Kebudayaan Islam “
Dosen Pengampu :
Oleh :
Kelompok 6
1.
Achmad Malabih (3217103002)
2.
Emrina Amalia
(3217103022)
3.
Devi Lutviana (3217103019)
KATA
PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim,
Puji syukur kami
ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas nikmat yang telah diberikan sehingga
kami bisa menyelesaikan Makalah Sejarah
Kebudayaan Islam
ini tepat pada waktunya.
Ucapan
terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang terlibat khususnya Dosen
pembimbing kami Bpk. H. Muh. Khoirul
Rifa’I M.Pd.I dan tidak lupa juga teman-teman yang
telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami
menyadari mungkin makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka kritik dan
saran sangat kami harapkan untuk penyusunan makalah kami berikutnya .
Akhir
kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua terutama bagi para
mahasiswa STAIN Tulungagung.
Tulungagung,6 November 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
COVER
………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR…………………………………………………. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………. 2
C. Tujuan ……………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Seni Bahasa …………………………………………………. 3
B. Seni Rupa…………………………..………………………... 4
C. Seni Suara …...…………………………................................ 6
D. Seni Bangunan …….………………………………………... 6
E. Seni Musik…………………………………………………... 7
F. Seni
Kerajinan.......................................................................... 9
G. Seni
Lukis............................................................................... 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
………………….…………………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA
…………………………………………………… 12
LAMPIRAN............................................................................................... 13
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinasti
Umayyah didirikan pada 40-H/660-M dengan di nobatkannya Mu’awiyah sebagai
khalifah di ‘Iiiya’ (yerusalem) selama berdirinya dinasti umayyah dan di
pegangnya sistem pemerintahan ditangan di tangan bani Umayyah maka segi
geografispun dirubah. Bagai mana saat itu pusat pemerintahan di pindah ke
Suriah, Damaskus sebagai ibu kota kerajaan islam. Disitulah berbagai macam
perubahan pun terjadi, baik dari segi politik , keilmuan, kemiliteran, bidabg sosial dan bidang seni, arsitektur.
Hal
tersebut merupakan sebuah gerakan baru yang di lakukan olaeh dinasti Umayyah
pada saat memegang kursi kepemerintahan islam mmasa itu. Dengan tujuan untuk
memperluas ataupun berjauang diatas
bendera islam begitu banyak negara-negara yang berhasil ditahlukkan. Tp kami di
sini menulis makalah ini tidaklah membahas akan gejolak politik ataupun
model-model perkembangan ajaran islam, melainkan disini kami ingin memaparkan akan
peninggalan-peninggaln seni dan budaya serta model pembangunan dimasa dinasti
Umayyah. Karna kami melihat bahwa suatu kerajaan terlihat besar bukan karna
kekuatan militer atau pun setrategi berpolitik yang baik, melainkan kerajaan
yang besar adalah kerajaan yang mampu memberi peninggalan pada anak cucunya
berupa sesuatu yang bersifat dapat di pelajari dan di ambil manfaat dalm
kehidupan,
Jadi
hal tersebut akhirnya penulis mencoba untuk memaparkan serta memberi informasi
kepada pembaca akan pentingnya kita belajar tentang peninggalan
kerajaan-kerajaan islam khususnya pada masa dinasti bani umayah yang begitu memberi
angin segar terhadap perkembangan islam smpai saat ini.
B.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimana perkembangan seni bahasa pada saat dinasti Umayyah?
b.
Bagaimana perkembangan senirupa pada saat dinasti Umayyah?
c. Bagaimana perkembangan seni suara pada saat dinasti
Umayyah?
d. Bangunan apa saja
yang telah ditinggalkan oleh bani Umayyah yang
berupa
arsitektur?
e. Bagaimana perkembangan seni musik pada saat dinasti
Umayyah?
C.
Tujuan
a.
Menjelaskan perkembangan seni bahasa pada masa dinasti Umayyah
b.
Menjelaskan perkembangan senirupa yang di capai semasa dinasti
Umayyah.
c. Menjelaskan perkembangan seni suara pada massa
dinasti Umayyah.
d. Menjelaskan dan
memberi gambaran
akan peninggaln-peninggalan
dinasti
Umayyah.
e. Menjelaskan perkembangan seni musik pada massa
dinasti Umayyah.
BAB
II
PEMBAHASAN
Pada
masa Dinasti Ummayah ini, kebudayaan mengalami perkembangan bila dibandingkan
dengan perkembangan yang ada pada masa sebelumnya, yakni pada masa khulafaur
Rasyidin. Demikian pula perkembangan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan
dengan baik. Diantara kebudayaan islam yang mengalami perkembangan pada masa
ini adalah seni sastra, seni rupa, seni suara, seni bangunan, dan sebagainya. Pada
masa ini telah banyak bangunan hasil rekayasa umat islam dengan mengambil pola
romawi, persia dan arab. Salah satu dari bangunan itu adalah Masjid Damaskus
yang dibangun pada masa pemerintahan Walid Bin Abdul Malik dengan hiasan
dinding dan ukiran yang sangat indah. Contoh lain adalah bangunan masjid di
Cordova yang terbuat dari batu pualam. [1]
Pada
masa daulah Bani Umayyah perkembangan kebudayaan mengalami kemajuan dan juga
bidang seni, terutama seni bahasa, seni suara, seni rupa, seni bangunan (arsitektur) dan seni musik.
A.
Seni bahasa
Kemajuan seni bahasa sangat erat
kaitannya dengan perkembangan bahasa. Sedangkan kemajuan bahasa mengikuti
kemajuan bangsa. Pada masa daulah Bani Umanyyah kaum muslimin sudah mencapai
kemajuan dalam berbagai bidang, yaitu bibag politik, bidang ekonomi, bidang
sosial, dan bidang ilmu pengetahuan. Dengan sendirinya kosa kata bahasa menjadi
bertambah dengan kata-kata dan istilah-istilazh baru yang tidak terdapat pada
zaman sebelumnya. Kota Barsah dan Kufah pada zaman itu nerupakan pusat
perkembangan ilmu dan sastra (adab). Di kedua kota itu orang-orang Arab muslim
bertukar pikiran dalam diskusi -diskusi ilmiah dengan orang-orang dari bangsa
yang telah mengalami kemajuan terlebih dahulu. Di kota itu pila banyak kaum
muslimin yang aktif menyusun dan menuangkan karya mereka dalam berbagai bidang
ilmu. Maka dengan demikian berkembanglah ilmu tata bahasa (ilmu nahwu dan ilmu
shorof) dan ilmu balaghah, serta banyak pula lahir penyair-penyair terkenal.[2]
Perkembangan bahasa dan
sastra
Pada masa pemerintahan Abdul Malik Bin
Marwan, bahasa Arab digunakan sebagai administrasi negara. Dengan penggunaan bahasa
Arab yang makin luas, dibutuhkan suatu panduan bahasa yang dapat dipergunakan
oleh semua golongan . hal itu mendorong lahirnya seorang ahli bahasa yang
bernama Syibawaih. Mengarang sebuah buku yang berisi pokok-pokok kaidah bahasa
Arab yang berjudul Al-Kitab. Buku tersebut bahkan termansyur hingga saay ini.
Bidang
kesusastraan juga mengalami kemajuan. Hal itu ditandai dengan munculnya
sastrawan-sastrawan berikut yaitu:
a. Qays Bin Mullawah menyusun buku Laila
majnun wafat tahun 699 M.
b. Jamil Al-Uzri wafat tahun 701 M
c. Al-Akhtal wafat tahun 710 M
d. Umar Bin Abi Rubi’ah wafat tahun 719 M
e. Al-Farazdaq wafat tahun 732 M
f. Ibnu Al-Muqoffa wafat tahun 756 M
g. Ibnu Jarir wafat tahun 792 M[3]
B.
Seni rupa
Seni rupa yang berkembang pada zaman
daulah Bani Umayyah hanyalah seni ukir,seni pahat, sama halnya denagn zaman
permulaan, seni ukir yang berkrmbang pesat, pada zaman itu ialah penggunaan
khat arab (kaligrafi) sebagai motif ukiran. Yang terkenal dan maju ialah, seni
ukir di dinding tembok. Banyak Al-Qur’an, hadist nabi dan rengkuman syair yang
dipahan dan di ukir pada tembok dinding bangunan masjid, istana, gudung-gedung.[4]
Kebanyakan teolog islam menyatakan
bahwa melukiskan manusia dan hewan merupakan hak prerogatif Tuhan, dan menganggap orang yang melanggar
batasan itu sebagai penghina agama. Penentangan terhadap senirupa ini, sebagai
konsekuesi monoteisme ketat dalam Alquran, dan larangan untuk menyembah
berhala, didasarkan atas larangan langsung dalam sebuah hadist yang akan
mendapat siksa paling keras pada hari pembalasan adalah para pelukis. Istilah
yang digunakan, mushawwirun (pelukis),
juga mencakup para pembuat patung. Karenanya, tidak ada satu pun gambar manusia
yang ditemukan dalam masjid, tapi dalam beberapa kesempatan kita bisa
menemukannya di dalam istana dan sejumlah karya tulis. Hampir semua motif hiasan dalam kesenian islam menggunakan
motif-motif tanaman atau garis-garis geometris. Prestasi yang dicapai pada
abad-abad berikutnya dalam bidang ini ditunjukkan dengan munculnya “arabisque”
yang dalam bahasa Eropa, merujuk pada jenis dekorasi tertentun dari Arab.
Namun, orang Arab sendiri tidak memiliki cita rasa seni lukis atau patung,
seperti yang terlihat jelas pada peninggalan mereka di Semenanjung Arab, dan
beberapa gambaran yang terdapat di tempat-tempat suci mereka. Apa yang kita
sebut sebagai senirupa islam adalah unsur gabungan dari berbagai sumber, motif,
dan gaya, yang kebanyakan merupakan hasil kejeniusan artistik masyarakat
takklukkan, yang berkembang di bawah kekuasan Islam, dan disesuaikan dengan tuntutan
agama islam.
Gambaran paling awal senirupa Islam
adalah lukisan di Qushayr Amrah, yang menampilkan karya para pelukis kristen.
Pada dinding-dinding tempat peristirahatan dan pemandian al- Walid 1 di
Transyordania terdapat gambar enem raja. Ganbar-gambar simbolis lainnya
melukiskan kemenangan, filsafat, sejarah dan puisi. Gambar tentang aktifitas
berburu melukiskan seekor singa yang menerkam seekor keledai liar. Sejumlah
lukisan telanjang menggambarkan seorang penari, musisi, dan pelawak. Hiasan
tersebut terdiri atas bentuk lipatan kain, dedaunan yang keluar dari pot-pot
bunga, tanaman menjalar, pohon kurma , dan buah kurma dengan setandan buah,
pohon rindang, dan burung padang pasir. Tulisannya kebanyakan dalam bahasa Arab
dan beberapa yang lain berbahasa Yunani.[5]
C.
Seni Suara
Perkembangan seni suara pada zaman
pemerintahan daulat bani umayyah yang terpenting ialah Qira’atul Qur’an,
Qasidah, musik dan lagu-lagu lainya yang bertema cinta kasih. [6]
D.
Seni Bangunan ( Arsitektur)
Pada masa pemerintahan daulat bani
umayyah masih berpusat pada seni bangunan sipil, seperti bangunan kota
damaskus, kota dairuwan. Kota Al-Azahra, adapun seni bangunan agama antara lain
bangunan masjid damaskus dan masjid kairuwan, begitu juga seni bangunan yang
terdapat pada benteng-benteng pertahanan masa itu. Adapun kemajuan dalam bidang
ilmu pengetahuan perkembangnya dilakukan dengan jalan memberikan
dorongan/motivasi dari para khalifah. Para khalifah selaku memberikan
hadiah-hadiah cukup besar bagi para ul,ama, ilmuan serta para seniman yang
berprestasi dalam bidang ilmu pengetahuan disediakan anggaran oleh negara,
itulah sebabnya ilmu pengetahuan berkembang dengan pastinya.
Pusat
penyebaran ilmu pengetahuan pada masa itu terdapat masjid-masjid. Di masjid-masjid itulah
terdapat kelompok belajar dengan masing-masing gurunya yang mengajar ilmu
pengetahuan agama yang berkembang pada saat itu antara lain ialah ilmu qira’at,
tafsir, hadist fiqih, nahwu, balaghah. Ilmu tafsir pada masa itu belum
mengalami perkembangan pesat sebagaimana yang terjadi pada masa pemerintahan
daulah Bani Abasiyah, tafsir berkembang dari lisan ke lisan sampai akhirnya
tertulis. Ahli tafsir yang pertama pada masa itu ialah Ibnu abbas, salah
seorang sahabat Nabi yang sekaligus juga paman Nabi yang terkenal. Untuk perkembangan
ilmu Hadist sendiri terjadi setelah ditemuklan banyak penyimpanan dan
penyelewengan dalam meriwayatkan hadist atau setelah diketahui banyaknya hadist
palsu yang dibuat oleh kelompok tertentu untuk kepentingan politik. Karena
itulah dirasakan adanya keperluan untuk menyusun buku hadist. Diantara para
ahli hadist (muhaddist) yang terkenal masa itu ialah Muhammad bin syihab
a-suhri, beliau pula yng mula-mula menyusun ilmu hadist dan mula-mula
membukukan perkataan, perbuatan, ketatapan ataupun sifat-sifat nabi saw yang disebut dengan hadist itu.
E.
Seni Musik
Ofesional jahiliyah
adalah perempuan. Mengenai perkembangan lagu dan nyanyian, bisa dikatakan bahwa
pada masa pra islam, orang Arab memiliki beberapa jenis lagu kemenangan,
perang, keagamaan, dan cinta. Orang Arab Selatan juga memiliki jenis lagu dan
instrumen musik tersendiri, yang belum banyak kita ketahui, tapi kita masih
ragu apakah fenomena itu turut membentuk
sebagian khazanah musik Arab Utara, dan orang Arab islam atau tidak. Masyarakat
pra-Islam di Hijaz menggunakan tambur segi empat, seruling, dan suling rumput
atau ubu gambus dari kulit.
Pada
masa Nabi, pengaruh musik asing mulai terlihat. Para putra mahkota Gassan
menyanyikan lagu chorus dengan para biduanita Yunani. Sebelumnnya, orang lakhmi
di Hirah juga telah menggunakan gambus dari kayu, yang kemudian ditiru oleh
orang Hijaz.kebanyakan penyanyi perempuan, dan Aghani, yang merupakan buku kumpulan lagu, menyebutkan beberapa
diantaranya. Beberapa elegi yang meratapi pahlawan terkenal, Shakhr, yang
dibuat oleh saudara perempuannya, al-Khansa, yang semasa dengan Nabi dan
dianggap sebagai penyair perempuan terbesar Arab, merupakan sebuah nyanyian.
Kebanyakan penyair pra-Islam melantunkan gubahannya menjadi lagu.
Kecaman
Muhammad terhadap para penyair, muncul tidak hanya karena mereka penyair, tapi
karene mereka menjadi corong para penyembah berhala. Nabi mendiskreditkan
musik, juga karena musik diasosiasikan dengan ritual ibadah kaum pagan.
Pada
perkembangan berikutnya, setelah Nabi wafat, muncul apresiasi masyarakat
terhadap musik dalam islam. Fenomena itu segera mengubah kecenderungan
masyarakat Hijaz tentang musik ke arah norma-norma estetika, terutama di bawah
kekuasaan Ustman, khalifah pertama yang memiliki selera kemewahan dan
penampilan. Paduan indah antara suara dan alat musik mulai dipelajari. Kemudian
pemusik laki-laki profesional muncul untuk pertama kalinya dengan julukan Mukhannatsun orang yang bersikap feminim.
Thuways
merupakan salah satu tokoh yang memperkenalkan ritme ke dalam musik Arab, dan
menjadi orang pertama yang menyanyi dalam bahasa Arab sambil diiringi oleh tambur.
Generasi pertama biduan islam, yang dipelopori oleh Thuways,terdiri atas
orang-orang permisif . Thuways memiliki banyak murid, yang paling terkenal
diantaranya adalah Ibn Surayj yang dipandang sebagai salah satu dari empat penyanyi terbesar islam.
Sa’id,
musisi pertama Mekah dan mungkin yang terbesar pada masa Dinasti Umayyah, telah
melakukan perjalanan ke Suriah dan Persia, dan menjadi orang pertama yang
menerjemahkan lagu-lagu Bizantium dan persia ke bahasa Arab. Ia juga merupakan
orang pertama yang menyusun secara sistematis teori dan praktik musik Arab pada
masa-masa klasik. Muridnya yang lain adalah al-Gharid, dua orang lainnya adalah
Ibn Muhriz seorang keturunan persia, dan Ma’bad , orang madinah keturunan negro
yang merupakan biduan favorit keluarga al-Walid I, Yazid II, dan al-Walid II.
Sebelum tinggal di ibukota, Ma’bad menjadi penyanyi keliling di Arab. Diantara
biduanita Jamilah, seorang perempuan merdeka dari Madinah, merupakan ratu para
biduanita generasi partama. Kediamannya menjadi pusat daya tarik bagi para
musisi dan penyanyi Mekah, juga Madinah yang kebanyakan menjadi
murid-muridnya.peristiwa yang sangat mengesankan selama karir Jamilah adalah
ketika ia pergi haji ke Mekah memimpin barisan penyanyi dan penulis lagu,
penyair dan pemusik, fans, dan sahabat, yang semuanya mengenakan busana unik
sambil menunggang kuda yang dihias.
Konser-konser
dan pementasan musik glamor yang diadakan di rumah-rumah istri para bangsa
bangsawan telah menarik banyak peminat seni. Pada saat seni, gambus kayu yang
diperkenalkan dari Persia melalui Hirah, sebagian telah digantikan oleh gambus
kulit. Alat petik lain yang paling disenangi adalah mi’zafah, harpa. Alat musik
tiup terdiri atas seluring, suling rumput, dan terompet besar. Alat musik pukul
terdiri dari tambur segi empat, yang terutama disenangi oleh perempuan, drum.
Dengan
demikian, pada masa Dinasti umayyah, mekah, lebih kusus lagi Madinah, merupakan
tempat yang kondusif bagi perkembangan
lagu dan musik. Kedua kota itu memunculkan generasi-generasi biduan baru yang
terus meningkat, dan menerukan karier mereka di ibukota kerajaan, damaskus.
Upaya-upaya protes yang dilakukan para ulama tidak membutuhkan hasil. Kalangan
konservasif dan para ulama berkali-kali mengemukakan keberatan mereka,
menganalogikan musik dan lagu dengan minum arak dan bertaruh yang merupakan
kesenangan yang terlarang[7]
F.
Seni kerajinan
Bidang
ini yang menonjol adalah jasa Koholifah Abdul Malik, yaitu pembuatan Tiraz
(semacam kerajinan bordir) terutama cap resmi yang dietak pada pakaian Khalifah
dan para pembesar kerajaan
G.
Seni Lukis
Bidang ini dikebangkan pada masa
Khalifah Walid 1, yaitu kaligrafi untuk masjid-masjid, dan lukisan-lukisan
berupa gambar-gambar binatang dalam gaya hellenisme untuk bangunan-bangunan
selain masjid.[8]
Tradisi
Literer
pada Priode Umayyah
Ada beberapa aspek yang yang menjadi
petunjuk terhadap perkembangan kebudayaan literer secara umum pada priode ini, diantaranya pidato, korespondensi dan puisi.
Ketiga apek tersebut merupakan bagian dari jenis sastra yang berkembang pada
masa itu. Sementara itu satra arab terbagi menjadi dua yaitu prosa(natsr)
dan puisi (syi’r). Pidato di depan publik, dalm berbagai bentuknya telah mencapai puncaknya pada masa
dinasti umayyah. Banyak para khatib memakai pidato dalm bentuk khatbah
jum’at, seorang jendral memakainya untuk
membangkitkan semangat dan gubernur memakainya untuk menanamkan rasa
patriotisma pada rakyat. Pada masa saat belum mengenal propaganda khidus, maka pidato
menjadi sarana
untuk menyebarkan gagasan, dan untuk membangkitkan emosi.
Sementara
itu kemajuan intelektual sangatlah penting dalam hal pengembangan puisi, kita
tahu bagaimana seorang Abd al-Hamit yang menjadi sekertaris khalifah umayyah
adalah orang yang mengenalkan gaya tulisan yang bersayap dan panjang, di sertai
ungkapan kontoversional dan santun, disinilah mulai tertanamnya tulisan-tulisan
baru yang berbetuk puisi. Dan gaya tulisan itupun mempengaruhi model
tulisan-tulisan sesudahnya. Kalau dilihat dari kenyataannya, fakta bahwa kelahiran
islam tidak mendukung aktivitas penyairan, dengan dibuktikan tidak adanya
perubahan-perubahan syair yang ditunjukkan ketika orang-orang islam mempunyai
kesempatan untuk menahlukan dan memperluas wilayah. Sehingga karakter
orang-orang arap yang sangat gemar dalam membuat sya’ir pun tidak kelihatan.[9]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Kita tahu bahwa dalam
pemerintahan bani umayyah tidak melupakan akan budaya dan seni-seni arsitektur
sehingga kejayaan bani umayah pun bisa terlihat, meski dalam mengembangkan
sya’ir tidak begitu melesat seperti perkembangan seni bahasa dan seni ukir. Maka
dari sinilah kita bisa tahu kalau bani umayah memberikan andil besar dalam
perkembangan seni-seni islam di Arab. Dengan dibuktikannya begitu banyak
bangunan-bangunan besar yang ditinggalkan.
Dalam daulah Bani
Umayyah perkembangan kebudayaan mengalami kemajuan dan juga bidang seni,
terutama pada seni bahasa, seni suara, seni rupa, seni bangunan (arsitektur)
seni kerajinan, seni lukis, dan seni musik.
DAFTAR
PUSTAKA
Hitti, Philip. 2000. History of
the arabs.
Jakarta: Serambi Ilmu
Http//sejarah kebudayaan
islam.com/2011/10, diakses 08 Januari 2013
Jamil,
Ahmad. Sejarah Kebudayaan Islam.Gresik:
Putra Kembar Jaya
Kumaidi . sejarah
kebudayaan islam. akik pusaka
Sejarah-
islam blogspot.com/2010/10, pengetahuan islam kita, diakses 22 Oktober 2012
LAMPIRAN
1.
Bertanya
a.
Abu Zaini
1. Tolong anda jelaskan mengenai penjelasan
dari makalah anda, ”kecaman Muhammad terhadap para penyair, muncul tidak hanya
karena mereka penyair, tapi karena mereka menjadi corong para penyembah
berhala. Nabi mendiskreditkan musik, juga karena musik diasosiasikan dengan
ritual ibadah kaum pagan”!
2. Dan apakah yang dimaksud dengan kaum
pagan?
b.
Emi Sulistyoningsih
1. Tolong
jelaskan mengenai penjelasan dari makalah anda, ”kebanyakan teolog islam
menyatakan bahwa melukiskan manusia dan hewan merupakan manusia dan hewan
merupakan hak prerogatif Tuhan, dan menganggap orang yang melanggar batasan itu
sebagai penghina agama!
c.
Diah titah
Suko Palupi
1. Tolong anda jelaskan, hikmah dari
mempelajari kebudayaan dan seni pada daulah Bani Umayyah!
d.
Faridatul Hasanah
1. Tolong anda jelasakan apa yang dimaksud
dengan orang-orang permisif?
2.
Menambah
a.
Fuaddilah Ali Sofyan
1. Fuadillah ali sofyan menanmbahkan dari
jawaban yang kami berikan kepada penanya
mengenai kaum pagan dan orang-orang permisif, terkait tentang pertanyaan dari abu zaini dan
faridatul hasanah.
b.
Ahmad Nur Sobah
1. Ahmad nur sobah menambahkan dari jawaban
yang kami berikan kepada penanya mengenai kecaman Muhammad kepada para penyair,
terkait tentang pertanyaan dari abu
zaini.
c.
Andrik Purniawan
1. Andrik purniawan menambahkan dari
jawaban yang kami berikn kepada penanya mengenai kebanyakan teolog islam
menyatakan bahwa melukiskan manusia dan hewan merupakan manusia dan hewan
merupakan hak prerogatif Tuhan,terkain tentang pertanyaan dari emi
sulistioningsih
Catatan :
Pada dasarnya dalam
pembuatan makalah ini semua kelompok ikut
mengerjakan,tanpa terkecuali. Tetapi pada waktu presentasi dan revisi
makalah ini ada salah satu dari kelompok ini yang tidak ikut mengerjakan yaitu
Ahmad Malabih.
[1] Kumaidi dkk, sejarah kebudayaan
islam, (akik pusaka), hal 32
[2] Sejarah- islam blogspot.com/2010/10, pengetahuan islam kita, senin 22
oktober 2012, 20.00
[3] Ahmad jamil dkk, sejarah
kebudayaan islam, (gresik:CV.Putra kembar jaya, 2008), hal 38
[4] Sejarah- islam blogspot.com/2010/10, pengetahuan islam kita, senin 22
oktober 2012, 20.00
[6] Sejarah- islam blogspot.com/2010/10, pengetahuan islam kita, senin 22
oktober 2012, 20.00
1 komentar:
Izin copas untuk belajar
Posting Komentar