MAKALAH
“Kebangkitan Kebudayaan Dinasty Abassiyah”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ”Sejarah Kebudayaan Islam”
Semester Genap Tahun Akademik 2012/2013
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
Apiffatun Nikmah (3217103014)
Faridatul Khasanah (3217103025)
PGMI VA
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga sehingga penulis
bisa menyelesaikan Makalah Sejarah Kebudayaan Islam yang berjudul “Kebangkitan
Kebudayaan Dinasty Abbasiyah”.
Sholawat dan salam, semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta beserta keluarga dan para
sahabatnya.
Penyusunan makalah ini berisi tentang
hal-hal yang menyangkut tentang. Kebangkitan kebudayaan pada masa dinasty bani Abasiyah. Kami sampaikan terima kasih kepada :
1.
H.Muh. Khoirul Rifa’I,
M.Pd,selaku dosen
pembimbing yang telah, memberikan bimbingan dalam penyusun makalah ini.
2.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusun
makalah ini.
Selanjutnya demi
kesempurnaan penyusun dalam penyusunan dan penyelesaian makalah berikutnya.
Penyusunan mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua
pihak sehingga dapat menyelesaikan dengan baik.
Semoga dengan adanya
makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca dan khususnya pada
penyusun. Semoga dapat mengambil isi yang terkandung di dalamnya.
Tulungagung, 25
November 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN ……………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR
…………………………………………………… ii
DAFTAR ISI
…………………………………………………………...... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ……………………………………………. 1
B. Rumusan
Masalah ………………………………………… 2
C. Tujuan
…………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kebangkitan
Kebudayaan Dinasty Abbasiyah ……………….. 3
B. Kemajuan Kebudayaan Dinasty Abbasiyah……………………. 4
C. Perkembangan Seni
a.
Perkembangan Seni
rupa…………………………………… 8
b. Perkembangan Seni sastra dan budaya…………………….. 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ……………………………………………….. 11
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 12
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekuasaan dinasti Abbasiyah
diperoleh bukan sebagai akibat komplotan kaum istana, melainkan hasil koalisi
dari beberapa kelompok yang berbeda (Persia, Turki dan Bani Abbas) yang
dipimpin oleh Abdullah al Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn
al-Abbas. Koalisi terjadi karena dilatar belakangi oleh persamaan nasib yang
sama, yaitu sama-sama tertindas oleh penguasa dinasti Umayyah. Persamaan nasib
inilah yang akhirnya memunculkan sebuah gerakan untuk menumbangkan kekuasaan
dinasti Umayyah yang dianggapnya dhalim. Usaha mereka tidak sia-sia, sehingga pada tahun 750 M
dinasti Umayyah dapat digulingkan. Sejak saat itulah, kekuasaan dinasti Umayyah
digantikan oleh dinasti Abbasiyah. Kekuasaan dinasti Abbasiyah berlangsung
dalam rentang waktu yang panjang, mulai tahun 132 – 656 H / 750 – 1258 M.
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda
sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya.
Pada
periode awal kekuasaan dinasti Abbasiyah, umat Islam mencapai masa keemasan
dalam Peradaban, politik dan kebudayaan. Begitu pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan pada waktu itu, sehingga dikenal sebagai kebangkitan terbesar
pemikiran dan kebudayaan dalam Islam. Popularitas dinasti Abbasiyah mencapai
puncaknya pada era khalifah Harun al Rasyid (786-809 M) dan puteranya al-Makmun
(813-833 M). Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara
terkuat dan tak tertandingi.
Berangkat
dari uraian di atas, maka penulis ingin mengupas lebih jauh tentang Kebangkitan
kebudayaan di era dinasti Abbasiyah dalam makalah ini. Dengan harapan
mudah-mudahan kajian yang sederhana ini dapat menambah cakrawala berpikir kita dan yang terpenting adalah
bagaimana kita mampu berkiprah untuk izzul Islam wal muslimin.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana
kebangkitan kebudayaan dynasti abassiyah ?
2. Apa
yang melatar belakangi kemajuan kebudayaan pada masa dynasty Abassiyah?
3. Bagaimana perkembangan seni budaya ,
arsitektur dan sastra pada masa Dynasty Abassiyah ?
C. Tujuan
1. Bagaimana
kebangkitan kebudayaan dynasti abassiyah ?
2. Apa
yang melatar belakangi kemajuan kebudayaan pada masa dinasty Abassiyah?
3. Bagaimana
perkembangan seni budaya , arsitektur dan sastra pada masa Dinasty Abassiyah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebangkitan Kebudayaan
Dinasty Abbasiyah
Perkembangan kebudayaan islam berjalan seiring dengan
penyebaran islam. Pada masa dinasty Abbasiyah, wilayah pemerintahan Islam
meluas sampai ke Spanyol di barat dan India di timur. Untuk masa beberapa ratus
tahun, penduduk negri-negri yang ditakklukkan itu tetap dalam agama
masing-masing. Setelah mereka menyaksikan kemajuan peradaban Arab Islam dan
rapinya pemerintahan dalam negara-negara itu, mereka masuk Islam dengan sukarela. [1]
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai
keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain,
kemakmuran, masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil
menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan islam.
Namun, setelah periode ini berakhir, pemerintahan bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun
filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
Dasar-dasar pemerintahan daulat Abbasiyah diletakkan dan
dibangun oleh Abu al-abbas dan Abu Ja’far al-Mansur. Puncak keemasan dari
dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785),
al-Hadi (775-786), Harun al-Rasyid (786-809), al-Ma’mun (813-833),
al-Mu’tashim(833-842), al-Wasiq (842-847) dan al-Mutawakkil (847-861).
Pada masa khalifah al-Mahdi perekonomian mulai meningkat
dengan peningkatan di sektor pertanian melalui irigrasi dan peningkatan hasil
pertambangan seperti emas, perak, tembaga, dan besi. Terkecuali itu dengan
transit antara Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan. Basrah menjadi
pelabuhan yang penting. [2]
Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman
khalifah Harun al-Rasyid(786-809) dan putranya al-Makmun (813-833). Kekayaan
yang banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial. Rumah sakit,
lembaga pendidikanm dokter dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat
paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum
juga dibangun. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini.
Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan serta
kesusteran berada pada zaman keemasannya.
Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai
negara terkuat dan tak tertandingi. Al-Makmun, pengganti al-Rasyid, dikenal
sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya,
penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani,
ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan kristen dan penganut agama lain
yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besar yang
terpenting adalah pembangunan Bait al-Hikmah, pusat penerjemah yang berfungsi
sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa al-Makmun inilah Baghdad
mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.[3]
B.
Kebangkitan Intelektual pada Masa Dinasty Abbasiyah
Kemenangan tentara islam pada masa al-Mahdi dan al-Rasyid
atas orang Binzatium, musuh lama Islam, memang telah membuat tenar periode itu.
Begitu pula kehidupan mewah yang menjadi tren pada masa itu juga dikenal dalam
sejarah dan fiksi, tapi yang membuat periode ini sangat terkenal adalah
kemunculan gerakan intelektual dalam sejarah Islam, sehingga di kenal sebagai
kebangkitan terkenal dalam seluruh sejarah pemikiran dan budaya. Kebangkitan
itu sebagian besar disebabkan oleh masuknya berbagai pengaruh asing, sebagian
Indo-Persia dan suriah, dan yang paling penting adalah pengaruh Yunani.
Gerakan intelektual itu ditandai oleh proyek penerjemahan
karya-karya berbahasa persia, sansekerta, Suriah dan Yunani ke bahasa Arab.
Hanya dalam waktu beberapa puluh tahun para sarjana Arab telah mennyerap ilmu
dan budaya yang dikembangkan selama berabad-abad oleh orang Yunani. Dalam
proses penyerapan tersebut, gagasan utama Yunani dan persia Islam jelas telah
kehilangansebagian besar karakteristik utamanya, yang bernafaskan semangat
gurun pasir dan melahirkan nasionalisme Arab, tetapi dengan begitu ia berhasil
menempati kedudukan penting dalam unit budaya Abad pertengahan yang
menghubungkan Eropa selatan dengan Timur.
Selain Yunani, peradaban lain yang banyak berpengaruh
pada pembentukan budaya universal Islam Persia adalah budaya India, yang
terutama menjadi sumber inspirasi pertama dalam bidang mistisme dan matematika.
Seorang pengembara India memperkenalkan naskah astronomi ke Bagdhad yang
berjudul Siddhanta, yang atas perintah al-Mashur kemudian diterjemahkan oleh
Muhammad ibn Ibrahim al-Farazi yang kemudian menjadi astronom Islam pertama. Bintang memang telah
menarik minat orang Arab sejak masa-masa khidupan gurun pasir, tapi mereka baru
melakukan kajian ilmiah tentang perbintangan pada masa ini. Islam juga
memberikan rangsangan penting untuk mempelajari astronomi sebagai cara untuk
menetapkan arah shalat, yang harus menghadap kiblat.
Pengembara india itu juga membawa sebuah naskah tentang
matematika, yang darinya bilangan-bilangan yang di Eropa disebut sebagai
bilangan India (Hindi), masuk kedunia Arab. Pada abad ke- 9, orang India
juaga memberi sumbangan penting tehadap Ilmu matematika Arab, yaitu sistem
desimal.[4]
C.
Kemajuan Kebudayaan Dinasty Abbasiyah
Dinasty
Abbas pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan
Islam dari pada perluasan wilayah. Inilah perbedaan pokok antara Bani
Abbas dan Bani Umayah. Di samping itu ada pula
ciri-ciri menonjol dinasty bani Abbas yang tidak terdapat pada Dinasty Umayyah
yaitu sebagai berikut.
1.
Berpindahnya ibu kota Baghdad, pemerintahan Bani Abbas
menjadi jauh dari pengaruh Arab. Sedang dynasti Umayyah sangat berorientasi
kepada Arab. Dalam periode pertama dan
ketiga pemerintahan Abbasyah pengaruh kebudayaan persia sangat kuat, dan pada
periode kedua dan keempat bangsa Turki sangat dominan dalam politik
dan pemerintahan dinasty ini.
2.
Dalam penyelenggaraan negara, pada masa bani Abassyah ada
jabatan wazir, yang membawahi
kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak
ada didalam pemerintahan Bani Umayyah
3.
Ketrentaman profesional baru terbentuk paa masa
pemerintahan bani Abbas. Sebelumnya belum ada
tentara khusus yang profesional.
4.
Perbedaan lain, pada masa Bani Umayyah merupakan masa
ekspansi daerah kekuasaan dan dakwah Islam, sedangkan pada masa Bani Abbasiyah adalah masa
pembentukan dan perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam.
Puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam
terjadi pada masa pemerintahan Bani
Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa
bani Abbasiyah itu sendiri. Sebagian
diantaranya sudah dimulai sejak awal
kebangkitan Islam. Sebagai contoh,
lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga-lembaga
pendidikan terdiri dari dua tingkat yaitu:
a.
Maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan
terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan,hitungan dan tulisan,
dan tempat para pelajar belajar dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadis,
fiqih dan bahasa.
b.
Tingkat pendalaman. Para pelajar yang ingin memperdalam
ilmunya, pergi keluar daerah menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang
ahli dalam bidangnya masing-masing. Pada umumnya,ilmu yang dituntut adalah
ilmu-ilmu agama. Pengajarannya berlangsung dimasjid-masjid atau dirumah-rumah
ulama’bersangkutan. Bagi anak penguasa, pendidikan berlangsung di istana atau
di rumah penguasa tersebur dengan memanggil ulama ahli ke istana.
Lembaga-lembaga
tersebut berkembang pada masa pemerintahan Bani Abasyah, dengan berdirinya
perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu merupakan sebuah
universitas, karena disamping terdapat kitab-kitab, di sana ada orang-orang
yang membaca menulis dan berdiskusi.
Jadi, perkembangan lembaga-lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan
bahasa arab, baik sebagai bahasa administrasiyang sudah berlaku sejak zaman
Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. [5]
Selain Itu
kemajuan kemajuan yang dicapai oleh dinasty Abbasiyah, paling tidak ditentukan
oleh dua hal berikut.
a.
Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan
bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu
pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah, bangsa-bangsa non-Arab
banyak yang masuk Islam. Oleh karena itu, terjadilah asimilasi yang berlangsung
secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu telah memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dalam islam. Pengaruh persia sangat kuat dalam bidang pemerintahan. Disampin
itu, bangsa persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra.
Selain itu pengaruh hindia juga terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu
matematika, dan astronomi. Adapun pengaruh yunani masuk melalui
terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat.
b.
Gerkan terjemahan berlangsung dalam 3 fasse, yaitu sebagai
berikut.
1)
Fase Pertama, pada masa khalifah Al-Manshur hingga
Al-Rasyid. Pada fase ini banyak yang diterjemahkan yaitu karya-karya dalam
bidang astronomi.
2)
Fasse kedua, berlangsung mulai masa khalifah Al-Makmun
hingga tahun 300 H, yaitu banyak buku-buku yang diterjemahkan yaitu dalam
bidang filsafat dan kedokteran.
3)
Fase ketiga, berlangsung setelah tahun 300 H, terutama
setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin
meluas.
Pengaruh dari
kebudayaan yang sudah maju tersebut terutama melalui gerakan terjemahan, bukan
saja membawa kemajuan dibidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga dalam bidang
ilmu pengetahuan agama.
Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan
ilmu pengetahuan umum, terutama dibidang astronomi, kedokteran, filsafat,
kimia, dan sejarah. Berikut ahli-ahli ilmu pengetahuan tersebut.[6]
a.
Bidang Astronomi
1)
Al-Farazi sebagai astronomi islam yang pertama kali
menyusun astrolobe
2)
Al-Fargani, dikenal di Eropa dengan nama Al-Faragnus,
menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan kedalam bahasa latin.
b.
Bidang Kedokteran
1)
Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara
penyakit cacr dengan measi. Ia mengarang buku mengenai penyakit cacar dan
camapak, dan buku al-Hawi membahas berbagia cabang ilmu kedokteran yang terdiri dari 20 jilid. Selain iti Ia juaga
merupakan orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak.
2)
Ibnu sina, seorang filosof dan berhasil menemukan sistem peredaran darah
pada manusia. Diantara karya Ibnu Sina dalam kedokteran adalah al-Qanun fi
al-Thhibb yang merupakan ensiklopedia kedokteran paling besar dalam sejarah.
c.
Bidang Optika
Abu al-Hasan ibn al-Haythami, terkenal sebagai oranga
yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya kebenda yang dilihat.
Menurut teorinya yang kemudian terbukti kebenarannya, bendalah yang mingirim
cahaya itu mata melihat benda yang bersangkutan.
d.
Bidang Matematika
Muhammad Ibn Masa al-Khawarizmi yang juga mahir dalam
bidang astronomi. Ia juga yang menciptakan ilmu aljabar. Kata “aljabar” berasal
dari bukunya al-Jabr Wa al-Muqalabah.[7]
Umar Al Farukhan, ahli matematika dan insiyur arsitek kota Bagdad. Al
Khawarizmi, pengarang kitab Al Gibara ( al jabar ), ahli matematika penemu
angka 0 (nol), sedangkan angka 1 – 9 berasal dari hindia yang dikembangkan oleh
islam.[8]
e.
Bidang sejarah
Ilmuan sejarah yang terkenal ialah al-Mas’udi. Dia juga
ahli dalam ilmu geografi dan diantara karyanya adalah Muruj al-Zaahab wa
Maadin al Jawahir.
f.
Bidang kimia
Jabir ibn Hayyam yang terkenal sebagai bapak ilmu kimia.
Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi, dan tembaga dapat diubah
menjadi emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu.[9]
g.
Bidang filsafat
1.
Al Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika,
jiwa, kenegaraan, etika, dan enterprestasi terhadap filsafat Aristoteles.
2.
Ibnu Sina, juga mengarang buku tenang filsafat dan yang
terkenal diantaranya adalah al-syifa’. Suatu ensiklopedia tentang fisika,
matefisika, dan matematika yang terdiri dari 18 jilid. Di eropa, Ibnu Sina
dengan tafsiran yang dikarangnya tentang filsafat Aristoteles lebih terkenal
dari pada Al- Farabi.
3.
Ibn Rusyd, di Barat lebih dikenal dengan nama Averroes,
yang banyak berpengaruh di Barat dalam bidang filsafat sehingga di Barat
terdapat aliran yang disebut dengan Averroisme.
h. Perkembangan ajaran islam
1.
Tafsir yaitu penjelasan tentang makna kandungan ayat-ayat al
qur’an. Ulama yang hidup pada masa dinasti Abbasiyah: Jarir At Thabari, Abu
athiyah, Abu Muslim.
2.
Ilmu Hadits yaitu mempelajari tentang Hadits. Ulama: Imam
Bukhari, Muslim, Ibnuu Majah,Abu Dawud, At Tirmizi.
3.
Ilmu Kalam yaitu membahas tentang kepercayaan / Aqidah Islam.
Atau disebut pula ilmu tauhid, ilmu ushuludin, ilmu akaid, . pelopor ilmu
kalam: Abu Hasan al As’ari, Abu Hamid Al Ghazali
4.
Ilmu tashawuf yaitu mengajarkan cara-cara mensucikan diri, meningkatkan akhlaq,
mencapai kebahagiaan abadi (Al Ghozali, al Hallaj)
5.
Ilmu fiqh yaitu ilmu yang mempelajari hukum Islam. (ulama
fiqh: Imam Abu Hanifah, Mllik bin Anas, Imam Syafi’i, Imam Ahmad. [10]
D.
Perkembangan Bidang Seni
a.
Perkembangan bidang seni rupa
Larangan kalangan teolog tehadap semua bentuk
representasi seni rupa tidak cukup kuat menghentikan perkembangan seni rupa
dalam sejarah Islam dibanding larangan Al quran yang lebih tegas terhadap
konsumsi minuman keras. Diantara bukti-buktinya, al-Manshur menghiasi kubahnya
dengan lukisan manusia kuda. Khalifah yang lain, yaitu al-Amin senang menghiasi
istananya di Trigis dengan gambar-gambar seperti singa, elang, dan lumba-lumba.
Khalifah penerus yang kedua, yaitu al-Mutawakkil yang
dibawah kekuasaannya ibukota mencapai puncak keemasan, Ia memeperkerjakan
seorang seniman Binzatium untuk mendekorasi istananya.
Sejak zaman dahulu, bangsa Persia telah membuktikan
dirinya sebagai ahli dalam seni rancang warna dan dekorasi. Melalui upaya dan
perjuangan mereka, industri kesenian islam mencapai kejayaannya. Dibanding
dengan yang lain, karakter arab memberikan kontribusi yang sangat baik terhadap
rancangan dekorasi dan menjadi motif yang kuat dalam produk kesenian Islam.
Karya-karya itu bahkan menjadi simbol-simbol religius.
Seni kaligrafi yang mendapatkan tempatnya tersendiri
dalam kesenian Islam, karena tujuan awalnya untuk memperindah lafal Allah, dan
didukung oleh ayat Al-qur’an (QS.68:1 dan 96:4), muncul pada abad kedua dan
ketiga hijriah serta langsung menjadi primadona kesenian Islam.pada tahap
berikutnya, kaligrafi sepenuhnya menjadi karya seni Islami, dan pengaruhnya
terhadap seni lukis diakui oleh banyak kalangan. Melalui karya kaligrafi,
seorang muslim berusaha mencari saluran
untuk menyalurkan bakat seninya yang tidak bisa diekspresikan melalui representasi
objek-objek yang hidup. Seorang kaligrafer menempati kedudukan yang terhormat
dan mulia melebihi kedudukan para pelukis.
Diantara para pelopor pengembangan kaligrafi arab adalah
al-Raihani yang mengembangkan kaligrafi pada masa al-Makmun. Ibn Muqlah
(886-940), menteri Abbasiaiyah yang meski tangan kanannya dipotong oleh
khalifah al-Radhi, masih tetap bisa menulis dengan indah menggunakan tangan
kirinya atau dengan mengikatkan pena pada ujung lengan kanannya.[11]
Perkembangan seni rupa mengalami kemajuan dibidang
seni pahat, seni ukir, seni sulam dan seni lukis. Seni ukir pada masjid, gedung-gedung, taman dan tempat rekreasi,
perhiasan dan perabotan rumah tangga. Seni sulam dipakai pada kerajinan tangan/
industri rumah tangga (permadani, sajadah). Seni lukis mengalami kemajuan
ditandai lahirnya seorang pelukis terkenal bernama Abdul Karim Mansur
(Firdausi) menerbitkan buku bergambar para raja dan pahlawan nasional sehingga
bersifat epik nasional.[12]
b.
Perkembangan seni sastra dan
seni budaya
Perkembangan
dalam bidang seni sastra dan seni budaya diantranya adalah :
1)
Seni Arsitektur
Pada
umumnya khalifah-khalifah Abbasiyah sangat menyukai seni arsitektur. Untuk
keperluan membangun sebuah gedung.Misalnya :
1. Pada
masa khalifah Abbasiyah tidak segan-segan
mendatangkan para arsitek dari luar negeri untuk membangun dan mengajarkan
ilmunya kepada orang-orang Abbasiyah.
2.
Pada masa
khalifah Al Mansur telah dibangun kota “ Bagdad’’ yang terbentuk bundar yang
ditengahnya di bangun istana “ Al qasr Az zahabi dan Masjid al Mansur’’, yang
melambangkan kemegahan dan keindahan Bagdad. Sebagai bukti tumbuhn membangun peradaban seni arsitektur dimasa daulah Abbasiyah dapat kita temukan sampai
saat ini dari keindahan gedung-gedung Istana, masjid dan madrasah.[13] Pada masanya, Kholifah Abu Abbas as Saffah menbangun
istana al- Hasyimiyah. Selain itu, pada masa Dinasti Abbasiyah banyak membangun
masjid yang berfungsi sebagai pusat kegiatan umat islam. Berdasarkan bentuk dan
corak seninya, perkembangan masjid terbagi dalam tiga periode, yaitu periode
permulaan, periode pertengahan,dan periode modern. Bentuk dan corak seni masjid
yang dibangun pada masa Dinasti Abbasiyah termasuk dalam periode permulaan.
Beberapa masjid yang dibangun pada masa Dinasti Abbasiyah adalah :
a.
Masjid al-Mansur, dibangun oleh kholifah Abu Ja’far al-
Mansur
b.
Masjid Raya ar-Risyafah, dibangun oleh kholifah al- Mahdi
c.
Masjid Jami’ Qasr al- Khilafah, dibangun oleh kholifah
al- Muktafi
d.
Masjid Qati’ah Umm Ja’far, dibangun oleh kholifah al-
Muktafi
e.
Masjid Kufah
f.
Masjid Raya Samarra, dibangun oleh kholifah al- Mutawakkil
g.
Masjid Agung Isfahan, dibangun oleh Sultan Maliksyah
h.
Masjid Talkhatan Baba di Merv
i.
Masjid Alauddin Kaikobad di Nedge.[14]
2)
Seni tata kota
Bukti dari ketinggian nilai seni tata kota masa dinasti
ini adalah adanya kota-kota yang dibangun dengan teknik dan seni tata kota yang
tinggi. Diantaranya:
1. Kota
Bagdad
Kota
Bagdad dibangun tahun 145H/763M pada masa pemerintahan Abu Ja’far Al Mansur,
yang melibatkan 100.000 orang ahli bangunan,yang terdiri dari arsitek, tukang
batu, tukang kayu, pemahat dan pelukis. Kota Bagdad di bangun
berbentuk bundar sehingga disebut kota bundar ( al Mudawaroh ). Di tengah kota
Bagdad dibangun istan kholifah yang
diberi nama “ Al-Qasr Az-Zahabi (Istana emas )
2. Kota
Samarra
Kota
samarra dibangun pada masa Mu’tashim Billah ( 218 – 227 H/833 – 842 M ) lima
tahun setelah Bagdad mengalami kemajuan . walaupun tidak semegah dan seindah Kota Bagdad.
3)
Seni Sastra
Abbasiyah
juga mengalami kemajuan bidang sastra, bahkan Bagdad dikenal dengan pusat
Sastrawan dan penyair. Sehingga pada perkembangan sastra islam pada masa
Dinasti Abbasiyah mencapai puncak keemasannya.
Adapun
nama penyair dan sastrawan adalah :
1. Abu
Atahiyah 130-211 H/760-841 M
2. Abu
Nawas 145-198 H/741-794 M
3. Abu
Tamam wafat 232 H/847 M
4. Al
Buhtury 206-285 H/ 821-900 M
5. Al
Munatanabi 303-354 H/916-967 M.
Adapun
buku cerita yang terkenal dan sangat melegenda di kalangan umat Islam adalah yang berjudul “ ALFU LAILAH
WA LAILAH ’’ (1001 malam) yang di tulis oleh Mubasyir Ibnu Fathik.
4)
Seni Suara dan Seni Musik
Seni suara dan seni
musik juga mengalami kemajuan.
Diantara seniman musik
dan lagu pada masa pada masa Abbasiyah adalah :
1. Yunus
bin Sulaiman Wafat 148 H/765 M
2. Khalil
bin Ahmad Aj Farahidi Wafat 175 H/791 M
3. Isha
bin Ibrahim al Maushuli Wafat 250 H/850 M[15]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dasar-dasar pemerintahan daulat Abbasiyah diletakkan dan
dibangun oleh Abu al-abbas dan Abu Ja’far al-Mansur. Puncak keemasan dari
dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785),
al-Hadi (775-786), Harun al-Rasyid (786-809), al-Ma’mun (813-833),
al-Mu’tashim(833-842), al-Wasiq (842-847) dan al-Mutawakkil (847-861).
Kemajuan kemajuan yang dicapai oleh dinasti Abbasiyah, paling tidak ditentukan oleh dua hal berikut.
a.
Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan
bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu
pengetahuan. Gerkan
b.
Terjemahan berlangsung dalam 3 fasse, yaitu sebagai
berikut.
1)
Fase Pertama, pada masa khalifah Al-Manshur hingga
Al-Rasyid.
2)
Fasse kedua, berlangsung mulai masa khalifah Al-Makmun
hingga tahun 300H.
3)
Fase ketiga, berlangsung setelah tahun 300H.
Kemajuan
dalam perkembangan seni pada masa
dinasty Umayyah diantaranya yaitu :
1. Seni
Arsitektur
2. Seni
Tata Kota
3. Seni
sastra dan seni rupa
4. Seni
musik dan seni suara, dan seni yang lainnya.
Pada masa ini, Bagdad dan Andalusia
menjadi pusat kebudayaan, peradapan dan ilmu pengetahuan. Kemajuan yang dicapai
pada masa Bani Abbasiyah antara lain, yaitu:
1. Mendirikan
kota Bagdad
2. Menerjemahkan
buku-buku
3. Menyusun
ilmu pengetahuan
4. Membangun
sumber-sumber perekonomian
5. Memajukan
pendidikan
6. Memajukan
kesenian
7. Meningkatkan
taraf hidup rakyat
8. Mendirikan
bangunan-bangunan.
B. Kritik dan Saran.
Dalam makalah ini membahas tentang kebangkitan
kebudayaan pada masa Dinasty Abbasiyah. Kami berharap dengan adanya makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Kami menyadari
dalam penulisan makalah ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun kami harapkan utuk membantu
sempurnanya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim,Badri.2001.Sejarah Kebudayaan Islam.Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada
Busyairi,Ahmad.1994.Pendidikan Agama Islam.Surabaya:CV
Sahabat Ilmu
Darsono.2008.Tonggak Sejarah Kebudayaan
Islam.Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Kiron,Rofi’i, dkk.2012 Modul Cerdas Sejarah
Kebudayaan Islam. Tulungagung: Hilmi Putra
Philip.2002.from the earliest times to
present,edisi X New York:Macmillan. History of the Arabs. New York: Terjemahan Cecep Lukman Yasin. Jakarta
Zainudin Ahmad, dkk.2006.Sejarah Kebudayaan
Islam.Klaten:Sinar Mandiri
http://fadjrin-yahya.blogspot.com/2012/04/perkembangan-islam-pada-dinasti.html.diakses tanggal 26 November 2012
Mahasiswa
yang bertanya pada saat diskusi :
1. Hidayatul Azizah
2. Hepi Ikasari
3. Fuaddillah Ali Sofyan
4. Amalia nur santi
Mahasiswa yang menambah jawaban pada saat
diskusi :
1. Fahri Husaini
[1]
Darsono.2008.Tonggak Sejarah
Kebudayaan Islam.Solo:PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.hal 17
[2]
Badri Yatim.2001.Sejarah
Kebudayaan Islam.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.hal.35
[3]
Ibid hal.38
[4]
Philip.2002.from the earliest
times to present,edisi X New York:Macmillan. History of the Arabs. New York:
Terjemahan Cecep Lukman Yasin. Jakarta.hal 470
[5] Badri Yatim.2001.Sejarah
Kebudayaan Islam.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.hal 39
[6] Zainudin Ahmad, dkk.2006.Sejarah
Kebudayaan Islam.Klaten:Sinar Mandiri.hal 40
[7]
Ibid.hal 40
[8]
Busyairi Ahmad.1994.Pendidikan
Agama Islam.Surabaya:CV Sahabat Ilmu.hal138
[10]
http://fadjrin-yahya.blogspot.com/2012/04/perkembangan-islam-pada-dinasti.html.diakses tanggal 26 November 2012
[11]
Philip.2002.from the earliest
times to present,edisi X New York:Macmillan. History of the Arabs. New York:
Terjemahan Cecep Lukman Yasin. Jakarta.hal 472
[12] http://fadjrin-yahya.blogspot.com/2012/04/perkembangan-islam-pada-dinasti.html.diakses tanggal 26 November 2012
[14]
Darsono.2008.Tonggak Sejarah
Kebudayaan Islam.Solo:PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.hal 19
0 komentar:
Posting Komentar